Selasa, 19 April 2011

Tugas makalah kelompok 3 7ed

TIPE KEPEMIMPINAN
PRESIDEN-PRESIDEN INDONESIA
(Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan)



KELOMPOK 3
KELAS 7 ED


Nama Dosen : Dr. Erina Pani






Anggota :
1. Dewi Yanti
2. Hotmauli Polman s
3. Mardawati
4. Rosmalia Resna
5. Sarif Ediansyah
6. Hendra Usman
7. Helsa sari



UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI

2011

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok (masyarakat), Negara & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Berbicara tentang kepemimpinan di Indonesia, biasanya kita lantas terjebak pada pembicaraan ‘siapa yang tepat menduduki posisi orang nomor satu”. Berbagai analisis digunakan untuk mencari pribadi-pribadi yang dinilai layak untuk duduk disana. Tatkala tak ada satupun yang dinilai memenuhi syarat seperti yang dikonsepsikan, beralihlah optimisme (jika ada) menjadi pesimisme. Seolah-olah pemimpin harus menghadirkan dirinya dari ‘dunia sana’. Sementara kita tinggal lagi mengidentifikasi orang yang terberkati itu. Bila ternyata yang terberkati itu tidak ditemukan, maka kita akan sabar menunggu sampai ia datang.


I.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :

Bagaimana tipe kepemimpinan yang ideal bagi seorang pemimpin.
Bagaimana tipe kepemimpinan presiden presiden di Indonesia
 Tipe kepemimpinan yang bagaimanakah yang cocok menanggulangi permasalahan di Indonesia



I.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
Untuk mengetahui tipe kepemimpinan yang ideal bagi seorang pemimpin,
Untuk mengetahui tipe kepemimpinan presiden presiden di Indonesia
Untuk mengetahui Tipe kepemimpinan yang bagaimanakah yang cocok menanggulangi permasalahan di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
Semenjak Indonesia merdeka sampai sekarang, sudah ada 6 presiden yang berganti. Dan tentu saja mereka memiliki gaya kepemimpinan masing-masing. Hal ini sungguh menarik untuk sedikit di bahas dan mungkin nanti bisa disimpulkan bahwa, “adakah tipe kepemimpinan yang ideal bagi seorang pemimpin, atau lebih khususnya pemimpin di Indonesia??
Sebelum kita membahas satu persatu presiden, mari kita pelajari sedikit tentang tipe-tipe personaliti manusia. Secara umum ada 4 tipe personaliti kepemimpinan yg ada, yaitu:
1. Tipe Dominance (dominan): atau biasa dalam ilmu psikologi disebut dengan korelis. Bagaiman tipe ini bertindak? Tipe ini adalah seorang tipe yang dominan (yaiyalahh! -_-”), keras kepala dan mungkin agak galak. (saya tidak bisa menjelaskan seberapa galak karena tentu saja arti galak sangat berbeda antara mas-mas yang kerja di salon dengan anggota Brimob kan?? :p). Nah intinya tipe ini adalah tipe yang drive atau penyetir.
2.Tipe Steadiness (teguh) sangat berbeda 180 derajat dengan tipe dominance, tipe ini adalah tipe yang penurut (bukan berarti menurut dengan bawahannya –> ngapain jadi pemimpin klo gini.. ). Tapi lebih tepatnya orang steadiness memiliki jiwa yang loyal, rajin, cinta damai, suka melayani orang lain dan pekerja keras. Dalam ilmu psikologi biasa kita sebut dengan plegmatis. Cocoklah ini orang kalau bekerja bareng sama tipe Dominance. Tetep nerimo walopun dimarah2in juga. hehe.
3. Tipe Influence (mempengaruhi): Ciri-ciri tipe ini yang mudah terlihat adalah terlihat supel. Tipe ini memiliki rasa humanisme dan humor yang bagus. Sangat optimis dalam menghadapi masalah. Sangat bersemangat, enjoy the life , dan spontanitas. Namun kejelekan tipe ini yah kurang teliti, kurang waspada terhadap musuh, cenderung malas. hmm, apalagi ya.. (ga tega nyebut kekurangannya soalnya kebetulan penulis bertipe ini hihihi). Biasanya di dunia psikologi tipe ini disebut dengan sanguinis.
4. Tipe Compliance (memenuhi): Duh bingung juga ney istilahnya. Pokoknya tipe ini berkebalikan dengan tipe Influence. Biasa di sebut dengan melankolis (Tapi jangan membayangkan presiden-presiden kita dengan tipe ini akan meneteskan air matanya saat mendengarkan lagu melow nya Rossa atau menangis saat di putus pacarnya.. *hihihi ,anak SMP bgt siy!*). Intinya sangat taat pada hukum, birokrasi atau aturan yang berlaku. Sangat teratur, teliti, waspada, sangat berstrategi dan mungkin juga aga sedikit pendendam. Hati-hati sekalinya dia sakit hati ga akan pernah lo di sapa lagi. (serem ga siy si melankolis ini).
Nah setelah kta bahas tipe-tipe personaliti, selanjutnya akan kita bahas tipe-tipe yang manakah presiden-presiden kita ini. Yuk maree..! Sebagai tambahan, bahwa dalam ilmu psikologi kebanyakan orang akan memiliki lebih dari satu tipe yang saya sebutkan diatas tersebut. Ada siy yang biasanya punya 3 atau bahkan 4 (psikopat kali ya, yang personalitnya ga jelas!) atau bahkan cuma punya satu (duh, ga berwarna bgt hdupnya -_-”). Nah biar ideal kita cari 2 kombinasi aja untuk masing2 presiden kita.
1. Soekarno:
Ayo tebak tipe yang manakah Pak Karno ini. Mulai dari gebrakan proklamasi yang dia lakukan, bahkan sempet eyel-eyelan dulu sama pemuda sampai-sampai pak Karno di culik. (kebetulan saya bukan pecinta sejarah, jadi cuma adegan action inilah yang saya ingat,hehe). Pandanganya jauh ke depan tentang cita-cita Indonesia, sangat bermotivasi untuk mewujudkannya Sangat di segani oleh dunia luar. Lalu dengan dirubahnya demokrasi negara kita menjadi terpimpin, hmm.. tindakan ini sangat mengebrak sekali, hanya akan dilakukan oleh orang bertipe dominance. Setuju ga?? Nah buat tipe keduanya bisa dilihat dari gaya berbicaranya. Sangat supel kan, terbukti dong banyak wanita yang suka,, hehe. Engga, maksud saya bagaimana dia berbicara dan mempengaruhi orang lain sangatlah mempesona (kata org2 dulu sich, saya sendiri juga belom pernah liat secara langsung). Kalo dibayangin, yah.. mirip-mirip Obama laahh.. Jadi bisa saya katakan Pak Karno memiliki tipe kepemimpinan Dominance-Influence.
2. Soeharto:
Udah bisa di tebak dong pak Harto ini bertipe apa. Yang saya ingat sih ini, waktu dulu keluarga besar saya selalu mencoblos nomer 2 (golkar) saat pemilu. Saat saya tanya; Lho kenapa pak, bu? Mereka menjawab; kamu masih mau bisa sekolah ga?! kamu mau sepeda baru ga pas ultah mu?!. Walaupun saat itu saya gak tau arti jawaban mereka, tetapi untuk sementara pada saat itu jawaban mereka saya terima-terima aja. Demi sepeda BMX baru gitu lho cooyyy..!! hehehe. Oke setuju kan klo saya sebut tipe Bapak Seribu senyum ini adalah tipe Dominance?? Lalu kira-kira combine nya apa ya? Apakah beliau supel? saya lebih memilih kalau beliau ini agak pendendam (saya tambahin agak, soalnya takut di dendamin sama anaknya nih) maaf… . Beliau sangat berstrategi, tidak sembarangan (berbeda bgt sama sanguinis/influence). Bagaimana Soekarno yang bertipe influence dengan mudahnya “diturunkan” oleh Soeharto. Dan bagaimana strategi Soeharto yang bisa membuat dia berkuasa selama 32 tahun, ini menandakan dia bertipe Compliance. Bagaimana dia membuat MPR/DPR berasal dari partai politik pendukung dia, itulah seninya strategi politik yang dilakukan oleh sang compliance. Lalu beliau dendam kepada siapa? Yah kepada orang yang akan kita bahas selanjutnya.. hhihihihi. Jadi kesimpulannya Pak Harto memiliki tipe kepemimpinan Dominance-Compliance.
3. Habibie:
Kalau boleh saya bilang Presiden yang satu ini adalah presiden yang paling loyal dan rajin terhadap pekerjaannya. Bahkan dari informasi yang saya dapat, Pak Habibie sering tidur hanya 2 – 3 jam perhari demi menyelesaikan tugasnya. Bahkan saking cerdasnya, mentri ekonomi kita pada saat itu pernah di beri presentasii pengarahan tentang bagaimana seharusnya ekonomi indonesia di perbaiki. (Gila, lulusan teknik tapi jago ekonomi juga). Tapi beliau tidak pernah marah kalau di debat, tidak seperti Pak Harto dan Pak Karno. Pak Habibie suka di debat demi mencapai hasil yg lebih baik. Bahkan sering banget beliau di eyel sama para mentrinya. Tapi enjoy-enjoy aja, ga pernah marah ga pernah dendam. Sayang saja, di bidang politik beliau bisa di bilang polos. Demi membuat semua senang, keputusan nya dalam pemilu timor-timor secara cerdik dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya. Alhasil beliau cuma menjabat 1 tahun deh.. *hiks, sedih deh!. Bagaimana gambaran dia memimpin ditambah dengan sikapnya saat dia bekerja bersama Pak Harto sebagai mentrinya, bisa dikatakan beliau bertipe Steadiness. Lalu kalau di bilang supel,,hmm engga juga.. Malahan beliau orang yang sangat teliti dan teratur (mentri-mentri paling ga bisa kalau mau bohong sama presiden kita yang satu ini. Jadi bisa di katakan beliau juga bertipe compliance. Untung saja habibie bertipe utama steadiness yang cinta damai. jadi meskipun beliau juga bertipe compliance namun beliau bukanlah tipe orang yang pendendam gitu loch..! Kesimpulan saya, Pak Habibie memiliki tipe kepemimpinan Steadiness-Compliance.

4. Gus Dur:
Dari gayanya yang easy going, sangat optimis namun ceplas-ceplos saat di tanya wartawan, dan seolah “mengampangkan” semua persoalan-persoalan dengan ciri khasnya “gitu aja kok repot?” terlihat bahwa dia adalah tipe Influence/sanguinis (sama nih ama gw.. ). Humanismenya (sisi kemanusiaannya) baik sekali, terbukti dari di resmikannya agama ke-6 di negri ini. Namun sikap (maaf) “sembrononya” juga terlihat dari sikapnya yang sering tertidur saat rapat kabinet ataupun keinginannya untuk manjalin hubungan diplomatik dengan israel. (lagi-lagi sisi humanisme sangat di tonjolkan oleh Gus Dur). Dan efek dari sifat sembrono (walaupun jago mempengaruhi orang, influence juga mudah percaya dengan orang) si Influence ini dengan mudah dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya. Turun deh jadinya beliau, padahal belum akhir masa pemerintahannya. *sedih * . Disisi lain beliau juga seorang yang pemarah lho, ia kerapkali menggebrak meja saat anak buahnya tidak menuruti keinginannya. Di depan beliau anak buah seakan takut, namun di belakang beliau sangat lah berbeda. Ini lah kekurangan lain dari sang influence, yaitu kurang waspada dan kurang strategi saat menghadapi musuh-musuh yang tersembunyi.. Jadi bisa dikatakan bahwa, Gus Dur memliki tipe kepemimpinan Influence-Dominance.
5. Megawati:
Ia sangatlah teliti dan teratur, namun bukan pada bidang pemerintahan yang beliau geluti saat menjadi presiden RI. Namun beliau sangat teratur sekali dalam menata rumah dan taman pribadinya (yang merupakan hobi beliau). Pernah saat Seorang menteri datang untuk meminta petunjuk dalam suatu persoalan ekonomi, namun beliau menjawab; “yah terserah kamu deh mau diapain, saya percaya kamu.” Lalu pembicaraan berlanjut dengan topik berbeda, “ini lho saya sedang merawat bunga yang baru, bagus kan?”.
Para mentripun banyak yang suka dengan ibu Mega, karena mereka jarang mendapatkan tekanan saat mereka bekerja, namun buat mentri yang sedang bekerja sungguh-sungguh malahan jadi sering bingung dengan jawaban ibu Mega. Terlebih jika Taufik Kemas ikut mengambil keputusan, jadi seolah ada 2 nahkoda dalam satu kapal. Misal dalam pencalonan gubernur jawa barat. Hmmm, sedikit diluar konteks tulisan ini, lalu kebijakan-kebijakan yang Ibu buat siapa yang sebenanya membuat?? Yah tanpa saya beritahu juga para pembaca tentunya sudah banyak yang tahu. .
Dalam bidang pemerintahan hampir mirip seperti Pak SBY, beliau selalu berupaya berjalan di jalur hukum, takut jika ada ketentuan undang-undang yang dilanggar, tidak suka konfrontasi dan lamban dalam mengambil keputusan. Beliaupun mudah tersinggung dan juga pendemdam lho, bahkan akan terus mengkritik orang yang di dendam. Kesimpulan dari sedikit uraian ini adalah, bahwa Megawati memiliki tipe kepemimpinan Compliance-Steadiness.


6. SBY:
Hampir mirip dengan gaya Ibu megawati yang teliti dan teratur. Namun SBY mengimplementsikan sifat keteraturan dan ketelitian itu dalam pekerjaannya sebagai presiden. Dia tidak asal ambil keputusan, tidak mau ikut campur diluar kewenangannya, walaupun sebnarnya dia sangat bisa. Karena dia sangat berstrategi, dia sadar bahwa di balik keputusan yang dia ambil, jika keputusan itu salah atau kurang populis maka lawan-lawan politiknya siap untuk menerkam dia dari belakang. Untuk itu dia sangat berstrategi, dengan cara memeluk lawan-lawan politiknya. Membuat koalisi, atau bahkan memuat Seketariat Bersama di DPR. Dengan startegi yang teratur ini dan tentu saja dengan pengalaman politiknya yang sudah tidak di ragukan ini, sangat sulit untuk lawan politiknya mau menggulingkan pemerintahannya. Saya berani bertaruh, dia akan langgeng sampai 2014, walaupun tiap ultah pemerintahannya akan banyak demo-demo yang “digerakkan” oleh lawan poltiknya.
Beliaupun tipe yang mudah tersinggung, membalas kritik dengan kritik, suka curhat ke masyarakat. Strategi popularitas yang digunakan adalah mengambil simpati rakyat untuk di kasihani. Strategi itupun yang SBY lakukan hingga beliau berhasil menjadi Presiden.
Dibalik sifat melankolis/compliance nya, beliau juga memilki sifat dominance. Hasil didikkan dari militer membuat beliau juga terkadang bersifat dominance. Beliau pernah mengusir audience nya saat tertidur dalam pidatonya. Beliau pun melakukan gebrakan KPK, mencopot jabatan Menkeu Sri Mulyani dengan halus, RUU jogjakarta, dan wacana pemerintahan lebih dari 2 kali masa jabatan, semua tindakan-tindakan itu, beliau drive dengan strategi yag baik. Tujuannya semua senang, semua bahagia (termasuk rakyat tentunya, I hope so) dan pemerintahannya tetap langgeng. Kita lihat saja bagaimana strategi nya saat menghadapi pemilu 2014. Sangat menarik tentunya, khusunya bagi intern democrat. Bisa saya simpulkan dong, bahwa Pak SBY memiliki tipe kepemimpinan Compliance-Dominance.
Oke, dari wacana sebelumnya bisa dong kita diskusikan kira-kira tipe kepemimpinan apa yang terbaik di dunia ini? Dan tipe keemimpinan apa yang cocok untuk indonesia saat ini?? Apakah tipe kepemimpinan itu seperti Obama (mungkin Influnce-Dominant kali ya), ataukah seperti firaun? atau seperti pemimpin-pemimpin dunia lainnya? Hittler,bush dan firaun yang dominan, atau nabi Muhammad SAW? Kira-kira apa jawaban anda tentang bagaimana pemimpin ideal itu??
Jadi sebenarnya semua tipe itu harus dimilliki oleh seorang pemimpin. Lho maksudnya gimana?? Kalau semua tipe dimiliki jadi seperti psikopat yang tadi sempet kita bahas dong??! hahaha.
Memang pada dasarnya bawaan sejak lahir dan pengaruh lingkungan, kita pasti memiliki setidaknya 2 tipe kepemimpinan tersebut. Namun sebagai seorang pemimpin (tidak hanya presiden, kepala keluarga, ibu dari anak-anak juga bisa disebut pemimpin lho!) kita dituntut bisa menjadi kesemua tipe tersebut sesuai situasi dan kondisi. Maksudnya??
Misal contoh sederhana nih (kita keluar sebentar dari judul kita kali ini); seorang guru, dia harus bisa bersifat berbeda terhadap murid-muridnya yang berbeda karakter. Dia harus menjadi dominan saat menghadapi murid yang nakalnya kelewatan, dan saat murid yang nakal itu takut, nah saatnya sang guru menjadi guru yang steadiness atau cinta damai. Jadi murid itu merasa perubahannya di hargai.
Sedikit cerita, saya dulu pernah punya guru yang killer atau galak. Dia pernah marahin saya. Saya pun kapok dan berubah, namun saat saya sudah menjadi anak yang baik (menurut saya), dia pun tetap bersikap galak seperti itu. Apa lagi salah saya?? Kenapa bapak tidak menghargai perubahan saya??
Atau seorang supervisor yang steadiness misalnya, selalu menghindari konflik, selalu bersikap sabar dan cinta damai. Suatu saat dia harus menghadapi anak buah yang sangat buruk perangrainya (duh ga ada kata yg lebih sederhana ya ….). Gimana bisa tuh anak buah berubah kalo si supervisor selalu bersikap baik dan humanisme. Bersikap tegas dan marahlah dengan elite! (tapi jgn keluarin hewan-hewan di ragunan dari mulut anda! sumpah, kampungan bgt ini.. -_-”). Kalau anak buah masih tetap seperti itu, jadi supervisor yang dominance (walaupun ini bukan anda bgt misalnya), kasih first and last warning! Ini hak anda sebagai spv, demi kebaikan bersama. Nah saat anak buah anda menunjukan perubahan, berubahlah menjadi sang influence dan steadiness lagi. Beri pujian ke dia secara personal dan hangat walaupun itu bukan dominance bgt seperti yang anda praktekan sebelumnya.
Nah seperti inilah menurut saya bagaimana seorang pemimpin itu seharusnya. Pemimpin harus bisa “menjadi” semua tipe personality sesuai situasi dan kondisi yang dihadapinya. jadilah gak be my self dong kita? Saya tidak bilang untuk berubah ya, saya bilang menjadi,, contoh lain nih anda tipe suami dominance kelas akut, saat anak anda sudah berprestasi, tidak ada salahnya kan anda mencoba menjadi sang influence dalam waktu sehari atau bahkan satu jam untuk memujinya. Saya jamin, wibawa anda yang diperlihatkan dengan kumis tebal anda tidak akan jatuh kok di depan anak anda.
Jadi kesimpulan pertama sudah bisa diambil kan (liat aja kata2 yang bold). Nah, the next question is… Apa yang di butuhkan pemimpin Indonesia sekarang ini?? Kalau boleh saya berpendapat, sekarang ini Indonesia membutuhkan tipe pemimpin yang Dominance agar bisa tegas mengambil keputusan yang mengrebak, terutama pada masalah birokrasi kita. Seperti yang Pak Budiono bilang; pembenahan ekonomi indonesia harus di dahului dengan pembenahan birokrasi, walaupun hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Nah, diperlukan pemimpin yang dominance yang mampu untuk melakukan gebrakan secara tegas untuk merubah birokrasi yang kacau balau ini. Dijamin kasus Century, saham KS, lumpur lapindo, penyuapan MK, kasus Gayus dll bisa terselesaikan dengan cepat.

Trus kalo “tegas” begitu, bisa dengan mudah dong dijebak dan diturunkan oleh musuh-musuh politik?? Yaa, tipe kedua yang dibutuhkan adalah Compliance. Biar berstrategi, tetap waspada dan tidak mudah di “serang” musuh. Jadi kesimpulan : tipe yang cocok untuk pemimpin indonesia sekarang adalah tipe Dominance-Compliance. Nah lho, kok mirip Pak Harto?? Yah mungkin itu kesimpulan yang masih bisa di perdebatkan atau karena itu mungkin Pak harto bisa melanggeng selama 32 tahun di negri tercinta ini..

Lalu bagaimana dengan teori “menjadi” tersebut? Tentu saja teori kepemimpinan ini masih harus dilakukan. Presiden kita harus bersikap Dominance; galak sama anak buahnya yang korupsi, tegas sama negara lain yang macam-macam (arab dan malaysia) atau berani dalam mereformasi birokrasi kita tersebut. Presiden juga harus bisa ber-influence; cepat dalam bertindak dan spontanitas terhadap hal-hal urgent terutama tentang kebutuhan rakyat. Bikin project pembangkit, seribu tower rusunami, dan semua yang berhubungan dengan kebutuhan rakyat (humanisme) dan ini akan bisa dilakukan dengan cepat oleh pemimpin yang bertipe Influence. Sikap Compliance harus diimplementasikan dalam membangun strategi pemerintahan dan politik. Tetap waspada terhadap kawan dan lawan, teliti tentang undang-undang. tetap menjalankan semua sesuai aturan, selama tidak ada yang urgent. Dan yang terakhir adalah sikap steadinees, yang harus dimiliki oleh presiden. Rasa loyalitas kepada rakyat, kerja keras demi rakyat dan cinta damai terhadap lawan-lawan politik.

Duh ribet ya jadi presiden, antara membela rakyat vs menjaga jabatan. Keputusan pun akhirnya lama untuk diputuskan, apalagi mau mereformasi birokrasi. Sepertinya tidak mungkin terlaksana deh kalo masih mementingkan “hangatnya” kursi presiden. Obama adalah contoh presiden yang tidak peduli dengan jabatan dan hanya terus memikirkan rakyat. Akhirnya dengan mudah posisi parlemen gedung putih “dibalik” oleh republik. Kalah deh obama (demokrat), padahal semua kebijakan Obama (UU kesehatan, penarikan pasukan di Iraq dll) benar-benar pro Rakyat).

Yup, intinya sungguh repot lah jadi presiden! harus bisa jadi ini itu, harus waspada sana-sini. Tapi satu hal yang terpenting adalah Ketulusan. Dengan tulus kita akan jujur bekerja, dengan tulus kita akan loyal terhadap rakyat, dengan tulus kita akan ikhlas atas semua yang kita lakukan.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain. Dan yang teramat penting pemimpin harus mampu dan bisa ”menjadi” berbagai tipe didalam memimpin baik itu dominan, Steadiness
Influence maupun bertipe Compliance
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Sekarang ini Indonesia lebih membutuhkan tipe pemimpin yang Dominance agar bisa tegas mengambil keputusan yang mengrebak, terutama pada masalah birokrasi kita. walaupun hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Tipe kedua yang dibutuhkan adalah Compliance. Biar berstrategi, tetap waspada dan tidak mudah di “serang” musuh.
III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Daftar Pustaka

B. Herry-Priyono, 2003, Kepemimpinan Republik, Kompas 1 Oktober 2003.
B.M. Bass, 1985, Leadership and performance beyond expectation, New York, Free Press.
Handoko, Hani T.1984. Manajemen, BPFE – Yogyakarta
Djatmiko, Yayat Hayati. 2004. Perilaku Organisasi, Alfabeta – Bandung
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan Dan Motivasi, Ghalia Indonesia – Jakarta
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/heboh-mengenai-kepemimpinan

1 komentar: