Jumat, 12 Agustus 2011

jawaban home work manajemen keuangan

soal 1 : seorang pedagang membayar angsuran tahunan sebesar rp 5000, rp.4500, rp 3750, rp 3500,dan            rp 4050 pada thn 1,2,3,4,5  bila dia membayar angsuran tersebut dalam jumlah yang sama selama 4 thn, berapa dana tahunan yang harus disiapkan bila tingkat suku bunga yang berlaku 15 %.

Soal 2 : seorang diberi janji menerima dana sebesar rp 100000,- selama 3 kali pada  akhir tahun mulai dari sekarang dan menerima dana berikutnya sebesar rp 50000,- tiap akhir tahun selama 2 thn. bila tingkat suku bunga yang berlaku 15%, berapa jumlaj dana yang akan diterima sekarang.

Pembahasan :


Jawaban soal Homework 1  Manajemen Keuangan ( Dr. Mahatma Kutefaksi SE, MBA )
by  Hendra Usman ( NIM 1161101116 )

Soal 1.

Diketahui :        Angsuran Th 1+ Th 2+ Th 3+ Th 4+ Th 5                                 =
                        Rp. 5.000+ Rp. 4.500+ Rp. 3.750+=Rp. 3.500+ Rp. 4.050    = Rp. 20.800
                        r    =   15 %
                        n   =    4 th
Ditanya :           a  =  ?

Pembahasan :

            Rp 20.800,-     =  a           
                                    =  a

                                    =  a 
                                    =  a    
                                    =  a
                                    =  a  ( 2,85499 )

                             a     = 

 Dana Tahunan yang harus disiapkan (selama 4 tahun )adalah  = Rp. 7.286,- Per Tahun.

Soal 2

Diketahui :        r         =  15 %
                        n         =  5
                        FVr,n  =   100.000, 100.000, 100.000, 50.000, 50.000,-
Ditanya :           Po      =   ?

Pembahasan  :

               Po     =            
                        =     
                        =   86.957+ 75.614 + 65.752 + 28.588 + 24.858

                        =  Rp.  281.769

Jadi Jumlah Uang yang diterima sekarang ( Po )  =  Rp. 281.769,-




Jumat, 05 Agustus 2011

JAWABAN UTS EKONOMI KEUANGAN (B)
By. Hendra Usman

1. Kasus Pada PT DESENTA
a. Laba perlembar Saham EPS


Tahun        Perhitungan                         E P S
1999        120 000 000 : 100 000       1200
2000        50 000 000 : 100 000         500
2001        150 000 000 : 100 000      1500
2002        250 000 000 : 100 000      2500
2003        300 000 000 : 100 000      3000
2004        325 000 000 : 100 000      3250
2005        350 000 000 : 100 000      3500
2006        275 000 000 : 100 000      2750

b.
Tahun     DEVIDEN                                     c. Tahun                 Perhitungan               D P S
1999     2500                                                   1999                  2000 ( 1 + 0,15 )0   2000
2000     2500                                                   2000                  2000 ( 1 + 0,15 )1   2300
2001     2500                                                   2001                  2000 ( 1 + 0,15 )2   2645
2002     2500                                                   2002                  2000 ( 1 + 0,15 )3   3042
2003     2500                                                   2003                  2000 ( 1 + 0,15 )4   3498
2004     2500                                                   2004                  2000 ( 1 + 0,15 )5   4023
2005     2500                                                   2005                  2000 ( 1 + 0,15 )6   4626
2006     2500                                                  2006                   2000 ( 1 + 0,15 )7   5320


d.
Tahun           Perhitungan          D P S
1999           1200 x 50 %         600
2000           500 x 50 %           250
2001           1500 x 50 %         750
2002           2500 x 50 %         1250
2003           3000 x 50 %         1500
2004           3250 x 50 %         1625
2005           3500 x 50 %         1750
2006           2750 x 50 %         1375

e.
Tahun           Deviden Reguler     Deviden Ekstra      Jumlah        D P S
                    Perhitungan                                    
1999             2500                       -                                           2500
2000             2500                       -                                           2500
2001             2500                       -                                           2500
2002             2500                       -                                           2500
2003             2500                       -                                           2500
2004             2500                       -                                           2500
2005             2500                       -                                           2500
2006             2500                       -                                           2500

2. Sebelum adanya stock deviden
• Modal Saham (nominal 1200 x 250 000 lembar ) = Rp. 300 000 000,-
• Agio Saham                                                         = Rp. 200 000 000,-
• Laba Ditahan                                                       = Rp. 500 000 000,-
            Jumlah Modal Sendiri                                 = Rp. 1000 000 000,-



Setelah adanya Stock Deviden
• Modal Saham ( Nominal 1200 x ( 250 000 + 75000)
= 1200 x 325 000 = Rp. 390 000 000,-
• Agio Saham 7500 X 1200 = Rp 90 000
390 000 – 300 000 = 90 000
Jadi Agio Sahamnya Tetap = Rp 200 000 000,-
• Laba Ditahan = Rp 410 000 000,-
Jumlah Modal Sendiri Rp. 1000 000 000,-


3. a. Aliran Kas Pertahun Setelah Pajak
= Rp. 6000 x (1 – t )
= Rp. 6000 x ( 1 – 30 % )
= Rp. 4200,-

Pada akhir masa Leasing, biaya opsi pembelian mesin sebesar Rp. 4000,- akan ditambahkan pada nilai aliran kas setelah pajak pada th ke-5 Rp 4200 sehingga menjadi Rp. 8200,- (4000+4200).

b. Tabel Pembayaran Angsuran
Perusahaan B Akan Mendanaai Pembelian mesin dengan pinjaman 5 th yang dibayar pada setiap akhir th dengan bunga 8 %. Pembayaran angsuran pertahun adalah sebesar :

Rp. 25 000 = 6261,4271 = 6261
3, 9927

Tahun Pembayaran Mulai Pembayaran Pembayaran Akhir Tahun
Bayar Bunga setelah di Pembayaran
kurang bunga

1 6261 25000 2000 4261 20739
2 6261 20739 1659 4602 16137
3 6261 16137 1291 4970 11167
4 6261 11167 893 5368 5799
5 6261 5799 464 5797 2 = 0 Lunas

UTS MANAJEMEN PEMASARAN KLS &7ED

Ini Bersumber dari SARIP ED

1. A. Peraturan ini mrupakan swbuah upaya yang dibuatoleh produsen mobil untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi monopoli berlebihan dari sebuah sebuah perusahaan mobil saja. Dengan kata lain bahwa peraturan ini memberikan rung sepenuhnya bersaing secara sehat kepada dealer mobil berdasarkan wilayah kerja saa. Dengan demikian pihak produsen mobil dapat mengontrol dan mengevaluasi secara menyeluruh dari harga mobil yang mereka pasarkan,
B. peraturan ini menurut saya lahir sebagai upaya melindungi para pedagang kecil yang mlakukan transaksi di pasar2 tradisional, dimana parapedagang tsb cendrung mempunyai modal yang terbatasserta ruang lingkup wilayah yg trbatas pula, kalau seandainya tidak ada paying hokum yg mngaturruang gerak dari para pdagang eceran skala kecil,menengah dan modrn maka mereka akan semena-mena memasuki pasar tradisional sehingga dikawatirkan pedagang kecil akan terlindas disebabkan factor harga dan kualitas barang yang mungkin saja sedikit kurang bersaing dengan para pedagang eceran sekala kecil, menengah dan modern. Maka diperlukan aturan hokum yang mengaturnya.

2. A. ruang lingkup mikro
Perusahaan
Dalam pemasarannya USBRj ini memiliki sebuah manajemen yang komplit yang juga merupakan roh dalam rangka pelaksanaan seluruh kegiatan di USBRJ. Tugas utama dari komponen ini adalah bagaimana melakukan semua poses pembelajaran sehingga ada kepuasan dari para mahasiswa yang belajar di USBRJ
Pemasok
Dalam poin ini diharapkan USBRj mampu melakukan kerjasamadan komunikasi yang baik dengan seluruh elemen masyarakat sehingga semakin hari semakin banyak yang berminat untuk kuliah di USBRJ.
Perantara pemasaran
Dalam rangka melakukan proses pembelajaran di USBRJ diperlukan mitra yang menjanjikan dalam hal promosi, misalnya dengan menggunakan jasa alumni, biro iklan,media massa dll, sehingga kinerja system dapat berjalan secara optimal
Pelanggan
Dalam pemasarnnya yang mnjadi pelanggan USBRJ adalah seluruh masyarakat lampung, utamanya Para PNS yang menghendaki proses pembelajaran yang sederhana dan adanya kepastian lulus dal angka waktu yang direncanakan
Pesaing
Hal yang mempengaruhi pemasaran USBRJ ini juga banyaknya para para pesaing dari perguruan tinggi lain yang juga membuka pasca sarjana.ini merupakan tantangan dari pihak USBRJ sendiri bagaimana bias memberikan nilai2dan kepuasan superior bagi mahasiswa dan civitas akademika lainnya dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya.

Public/masyarakat
Yaitu adanya sekelompok orang yang mempunyai kepentingan potensial yang sudah terwujud dan berdampak pada kemampuan USBRJ misalnya masyarakat keuangan (Bank, pemegang saham dll), masyarakt media (surat kabar,radio, tv dll). Pemerintah dan masyarakt internal lainnya


B. Ruang lingkup makro
Lingkungan demograpi
Unsur demograpi ini juga menjadi pluang bagi USBRJ dimana sampai saat ini mahasiswanya telah menjadi terbesar di provinsi lampung sehingga hal ini dapat dimanfaatkanuntuk membuat strategi dan program pemasaran lanjutannya
Lingkungan ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat juga juga menjadi factor motivasi untuk kuliah di USBRJ djmana kalu diperhatiakan sebagian besar para mahasisawanya telah bekerja dan utamanya adalah para PNS
Lingkungan alam
Keadaan kampus juga merupakan salah satu aspek barometer pemasarn diantaranya menyangkut masalah kebersihan kampus,ketersedian fasilitas umum dan penunjang pembelajaran dikampus
Lingkungan teknologi
Dukungan lingkungan teknologi ini sangat mempngaruhi USBRJ dalamhal menjalankan programnya diantarany ketersedian fasilitas hot spot, wifi, in focus, dll

Lingkunganpolitik
Lingkungan ini juga penting terutama kaitanyya dgikliml politk lampung yang semakin hari semakin mapan sehingga mendukung segala kegiatan kampus
Lingkungan kebudayaan
Lingkungan ini mnjadi salah satu aspek pendukung pemasaran USBR. salah satu bukti kongkritnya dengandimanifestasikan gerakan cvinta batik melalui kuajiaban bgi mahasiswa dalam menggunakan kostum batik dalam stiap perkuliahan.

3. Saya akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap system yang diterapkan selama ini, trrutama saya liat dari sudut pandang konsumen. Apa yang kurang dari pendekatan selama ini, nantinya akan saya temukan hambtan-hambtan yang terjadi selama ini baru kemudian mulai action untuk memperbaikinya.
Selain dari hal diatas saya juga mengedepankan aspek promosi dimana ruang lingkup yang akan saya perkuat adalah dari aspek :
Periklanan
Penjualan Pribadi
Promosi penjualan
Publisitas

4. Hal yang perlu dilakukan dalam rangka penetapan harga untuk membentuk pangsa pasar yang lebih besar adalah dengan melakukan penetapan harga serendah mungkin dibandingkan dengan harga produk yang sama yang beredar dipasaran. Hal ini saya lakukan dengan mempertimbangkan dan mengupayana semaksimal mungkin mengenai ketrsedian bahan baku,kualitas barang yang saya produksi serta bagaimana teradi elastisitas permintaan yang tinggi terhadap produk kita.

Rabu, 27 Juli 2011

Soal : tugas manajemen pemasaran
Sebagai tim pemasaran sebuah pemasaran yang baru didirikan dan menjual produk baru kemasyarakat, bagaimana cara saudara menetapkan harga dan mengenalkan produk baru tersebut kepada masyarakat agar produk tersebut bisa diterima.
konsep jawaban : pelajari lagi dan di edit....kumpul besok sabtu dan boleh ditulis tangan pada kertas polio.

Cara-Cara Penetapan Harga Produk
Suatu perusahaan dalam menetapkan harga produk umumnya berorientasi pada 3 hal, yaitu:
(1) Penetapan harga yang berorientasi biaya,
(2) Penetapan harga yang berorientasi permintaan, dan
(3) Penetapan harga yang berorientasi persaingan.

Berikut penjelasannya.
Penetapan Harga yang Berorientasi Biaya

Kebanyakan suata perusahaan menetapkan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Umumnya semua biaya, termasuk pengalokasian biaya tambahan, selalu berubah dan dibuat berdasarkan perkiraan tingkat pelaksanaan. Penetapan harga yang berorientasi biaya biasanya dilakukan dalam perdagangan eceran (bahan makanan, mebel, kerajinan, pakaian) dan pesanan karena biayanya sulit ditentukan sebelumnya, seperti pembuatan bangunan dan mesin yang khusus.

Hal-hal yang perlu menjadi pedoman dalam penetapan harga yang berorientasi biaya adalah :

1. Presentase kenaikan harga harus berbanding terbalik dengan harga satuan. Artinya, semakin rendah harga satuan, semakin tinggi presentase kenaikan harga. Contoh: Sebuah dompet yang semula harganya Rp. 20.000 dapat dijual dengan harga Rp. 40.000.-atau terjadi kenaikan harga sebesar 100 %. Sementara seperangkat meja kursi yang harganya Rp. 300.000 dapat dijual dengan harga Rp 450.000 atau kenaikan harga relatif lebih rendah sebesar 50 %.

2. Tingkat kenaikan harga harus berbanding terbalik dengan harga penjualan. Artinya, bila suatu produk semakin sering dibeli, maka kenaikan harga semakin sedikit. Semakin sedikit produk tersebut dibeli, semakin tinggi kenaikan harganya. Sebagai contoh: Surat kabar, rokok dan sabun mandi akan memiliki kenaikan harga yang lebih rendah dari peralatan elektronik seperti komputer, televisi, lemari es, dan mesin cuci.

Penetapan Harga yang Berorientasi Permintaan.

Penetapan harga sebagian besar berdasarkan pada banyak permintaan. Apabila permintaan banyak, harga yang dikenakan akan tinggi. Akan tetapi, bila permintaan sedikit, harga yang dikenakan akan rendah walaupun dalam kedua kasus di atas harga satuan yang berlaku mungkin sama. Harga dapat berbeda-beda berdasarkan konsumen. Harga yang lebih tinggi diberikan kepada pembeli yang tidak mempedulikan harga, dan harga yang lebih rendah diberikan pada pembeli yang memperhatikan harga. Penetapan harga seperti ini dapat menghancurkan kepercayaan konsumen dalam jangka panjang.

* Harga dapat berbeda berdasarkan tempat. Contahnya, tempat duduk di stadion dan bangunan ruko yang disewakan.
* Harga juga dapat berbeda-beda menurut waktu, misalnya produk musiman dan minuman.
* Harga dapat berbeda-beda berdasarkan versi produk. Versi-versi produk yang agak berbeda diberi harga yang berbeda, tetapi tidak sebanding dengan biaya marginal masing-masing. Contoh, satu kotak susu pasterisasi dengan harga kemasan seharga Rp. 2.500 dapat dijual seharga Rp. 5.000. Sedangkan satu kotak susu pasterisasi yang sama dengan harga kemasan Rp. 1.500 dapat dijual dengan harga Rp. 3.000,-

Penetapan Harga yang Berorientasi Persaingan.

Penetapan harga dilakukan bila harga tersebut sebagian besar ditentukan oleh harga pesaing yang lain. Dalam hal ini harga tidak perlu sama. Perusahaan dapat mempertahankan harga produknya lebih tinggi atau lebih rendah dari harga produk pesaing dalam batasan presentase tertentu. Jenis penetapan harga ini biasanya digunakan untuk menyaingi produk yang tidak berbeda, seperti beras, minyak goreng, tepung terigu, gula pasir dan lain-lain. Penetapan harga yang berorientasi persaingan juga dapat digunakan dalam penawaran kontrak.(diskopjatim)

Ketika suatu perusahaan telah menetapkan harga dasar dari suatu produk barang atau jasa maka perusahaan dapat menentukan strategi harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti harga kompetitor, tujuan perusahaan dan daur hidup produk. Strategi tersebut dapat digunakan untuk produk yang baru maupun yang lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Berikut ini merupakan berbagai pilihan teknik / strategi penentuan harga :
. Stretegi Penentuan Harga Pada Produk Baru
1. Skimming Price
Strategi skimming adalah menetapkan harga awal yang tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama akan terus turun harganya. Contoh handphone nokia, laptop, komputer, dan lain sebagainya.
2. Penetration Price / Harga Penetrasi
Strategi harga penetrasi adalah menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen. Contoh : tarif layanan operator baru three / 3, mie selera rakyat, so klin MB, dan lain-lain.

4 CARA MENJUAL PRODUK

Di masa sekarang ini dengan banyaknya kompetitor yang berada di area pemasaran kita,harusnya kita harus bisa mensiasati teknik-teknik menjual produk kita.bagaimanapun juga pemasaran merupakan busur panah dari sebuah usaha,semakin melesat busurnya semakin melesat pula usaha yang sedang dirintis.
Adapun kiat-kiat kita dalam memasarkan produk,tidak lepas dari sejauh mana kita menguasai segala sesuatu yang ada pada produk kita tersebut.

1.Kita harus tahu tentang kualitas produk yang kita tawarkan
Apapun bentuk produknya,kita seharusnya tahu tentang kelebihan-kelebihan produk tersebut,sehingga dalam kita memasarkannya tidak akan terjadi kesulitan menghadapi pertanyaan dari calon-calon pelanggan kita.Untuk itu sekiranya dalam keseharian kita hendaknya selalu memakai produk kita sendiri,sehingga sejauh mana kualitas produk tersebut dapat kita rasakan secara langsung.

2.Kita harus tahu pangsa pasar produk tersebut
Demikian juga dengan segmen pasar yang kita bidik,seyogyanya sebelum kita memulai pemasaran harus melakukan survey pasar.Hal ini kita lakukan agar dalam pemasaran produknya dapat menghasilkan sesuai yang kita harapkan.Sebagai contoh,seorang penjual pakaian menjual dagangannya dengan harga minimal Rp.100.000,-/pcs di pasar yang terletak di desa,kita tahu bahwa di desa untuk menjual barang-barang yang notabene bukan kebutuhan pokok akan membutuhkan kesabaran,apalagi menjual dengan harga tinggi dapat dipastikan produk akan sulit untuk dijual.

3.Kita harus tahu tentang kompetitor kita
Kompetitor…? ya ! bagaimana mungkin kita yang baru merintis suatu usaha langsung dapat bersaing dengan kompetitor yang sudah puluhan tahun.Sebagai contoh,kita membuka toko retail sembako baru di sebelah toko grosiran sembako yang sudah punya nama dengan pelanggan setia.Kalau kita paksakan itu sama saja dengan bunuh diri.Semestinya kita juga harus bersaing dengan toko / penjual yang sekelas dengan kita.

4.PROMOSI
Salah satu cara paling ampuh…ya..! itu adalah salah satu cara yang menurut saya paling jitu disamping faktor-faktor diatas tadi. Banyak orang menganggap bahwa promosi hanya buang-buang uang,padahal menurut beberapa teman saya yang kebetulan manajer pemasaran di sebuah perusahaan rokok mengatakan promosi merupakan bagian dari investasi.Perlu bukti ? saya memberikan sedikit contoh kecil,saya pernah iklan di sebuah harian surat kabar di semarang mengenai produk saya.Memang pada waktu iklan,kita harus mengeluarkan biaya yang menurut saya agak lumayan mahal,tetapi saya tidak punya pilihan kecuali harus mengenalkan produk saya secara luas.Hal itu saya lakukan secara rutin tiap minggu.Dan secara tidak terduga,ternyata iklan saya mempunyai efek yang cukup besar,karena rata-rata orang yang mengenal produk saya mengetahuinya dari membaca iklan,setelah beberapa lama seiring meningkatnya jumlah permintaan,maka iklan saya hentikan untuk dapat fokus memberikan pelayanan kepada para pelanggan.Adapun cara-cara promosi dapat melalui : membuat brosur,spanduk,poster,ataupun cara yang sekarang ini telah berkembang dengan melalui internet.


Trik Memperkenalkan Produk Baru


"Peluang bisnis di Indonesia sangat banyak, hanya perlu membuat sesuatu yang berbeda dan belum pernah ada sebelumnya," papar Juananda Sutan Assin, pemilik brand lokal lapTopper, kepada Kompas Female.
Nana, panggilan akrab ibu tiga putra ini, mengatakan cara ini menjadi kunci keberhasilan produk untuk diterima pasar. Tentu saja sejumlah faktor lain juga turut menentukan bagaimana produk lokal dengan brand baru bisa diterima pasar, seperti:

* Berani mengambil risiko
Risiko menjadi faktor yang ditempatkan paling depan dalam memulai bisnis. Nana menerapkan hal ini dalam menjalani usahanya. Membawa 50 item lapTopper dalam pameran di Singapura, dengan harapan pasar menyukai produk baru ini, memberikan hasil yang tak terduga sebelumnya. Meski begitu, Nana tetap mengedepankan risiko, dan siap menerima jika ternyata produk tak menarik minat pasar. Nyatanya, orisinalitas dan kesiapan atas risiko justru membuat produk semakin laris dan mendapat pelanggan tetap dari satu kali pameran ini.

* Intensitas waktu
Merintis bisnis dengan produk baru dikenal pasar butuh perhatian khusus. Perlu satu tahun bagi Nana untuk memperkenalkan produk. Orisinalitas dan kemampuan pebisnis menangkap kebutuhan dan peluang pasar memang memegang peranan, hingga akhirnya permintaan lapTopper semakin tinggi. Kapasitas produksi pun bisa mencapai 2.000 item. Konsisten pada bisnis dari segi waktu dan komitmen menentukan keberhasilan bisnis.

* Fokus pada bisnis yang sedang dibangun
Keterlibatan langsung pemilik dalam membangun bisnis menjadi kunci penting. Nana bersama suaminya fokus penuh, mulai dari pengenalan produk, menjual langsung di setiap pameran, hingga pada pengembangan produk kepada konsumen lebih besar, personal, maupun korporasi. Karyawan tetap dibutuhkan dalam kaitannya dengan produksi dan proses pengiriman barang. Namun terkait dengan manajemen bisnis, keuangan dan produk, pemilik perlu terjun langsung pada tahap pengembangan awal bisnis.

* Aktif berpromosi
Mengikuti berbagai ajang promosi, seperti pameran atau bentuk kerjasama lainnya, sangat menunjang keberhasilan produk menjaring pasar. Pebisnis perlu mengambil risiko, meski dibutuhkan biaya tak sedikit untuk promosi. Nilai lebih dari produk orisinal adalah daya jual yang tinggi. Biaya tinggi yang dikeluarkan untuk promosi ke luar negeri, misalkan, adalah risiko yang harus ditempuh. Yakini bahwa produk dibutuhkan konsumen, dan mampu menarik minat pasar.

* Membangun trust dengan pelanggan
Kepercayaan konsumen muncul dari bagaimana cara pebisnis membangun relasi. Hal utamanya terletak pada kepuasan atas produk tersebut, dan pelayanan dari pemilik usaha. Nana meyakini, pengiriman tepat waktu, dan pemilik selalu siap merespons permintaan kapan pun, menjadi kunci penting membangun kepercayaan. Pebisnis juga perlu memahami apa yang diinginkan pelanggan. Komunikasi yang baik juga menentukan bagaimana kepercayaan terbangun dengan relasi bisnis.

Jumat, 03 Juni 2011

Konsep jawaban UTS SIM

Konsep Jawaban uts sim 28 mei 2010
Sistem Informasi manajemen
Nama : hendra usman
a. Sistem adalah suatu susunan teratur dari kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dan susunan prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang melaksanakan dan mempermudah kegiatan-kegiatan utama organisasi / institusi
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai tujuan (Danu W, 2006)

Komponen-tersebut adalah :
1. komponen input : input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi
2. komponen model : kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang memproses data yang tersimpan di basisdata dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan

3. komponen output
output informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
4. komponen teknologi
teknologi merupakan alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian sistem.
5. komponen basis data
merupakan kumpulan data yang saling berhubungan yang tersimpan didalam komputer dengan menggunakan software database.
6. komponen kontrol
Pengendalian yang dirancang untuk menanggulangi gangguan terhadap sistem informasi.

b. peran utama system informasi
peran utama dari dalam sistem informasi yang berbasis teknologi terkini dalam dunia bisnis adalah:
1. Mendukung proses dan operasi bisnis(Support business Processes and Operation) sebagai seorang pelanggan, anda harus berhubungan secara teratur dengan sistem informasi mendukung proses dan operasi bisnis dibanyak toko ritel tempat anda berbelanja.
contoh : kebanyakan toko ritel kini menggunakan sistem informasi berbasis komputer untuk membantu mereka mencatat pembelian pelanggan, menelusuri persediaan, membayar pegawai, membeli barang dagangan, serta untuk mengevaluasi trend penjualan.

2.mendukung pengambilan keputusan bisnis.(Support Bussines Decision making)
pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya, sistem informasi juga membantu para manajer toko dan praktisi bisnis lainnya untuk membuat keputusan yang lebih baik.
contoh: keputusan mengenai lini, lini barang dagangan apa yang perlu ditambah atau
dihentikan, atau mengenai jenis investasi apa yang mereka butuhkan
3.Mendukung strategi keunggulan kompetitif (strategis for Competitive Advantage) mendapatkan kelebihan strategis atas para pesaing membutuhkan penggunaan yang inovatif atas teknologi informasi.

“Pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data merupakan tindakan yang paling tepat dan krusial karena kualitas pengambila keputusan dapat dinilai dari kriteria sejauh mana keputusan-keputusan dapat mempercepat proses pencapaian tujuan suatu organisasi dengan baik dan benar”

c. jenis dan tipe sistem informasi

Macam Sistem Informasi yang berbeda di dalam organisasi ada 6 tipe sistem informasi

1. Transaction processing systems (TPS) adalah sistem terkomputerisasi yang menjalankan dan menyimpan transaksi rutin sehari-hari untuk menjalankan bisnis. Sistem ini bekerja pada level operasional. Input pada level ini adalah transaksi dan kejadian. Proses dalam sistem ini meliputi pengurutan data, melihat data, memperbaharui data. Sedangkan outputnya adalah laporan yang detail, daftar lengkap dan ringkasan.
2. Enterprise Collaboration Systems (ECS)
Bila kelompok, perlu bekerja bersama-sama untuk membuat keputusan semi- terstruktur dan tak terstruktur, maka group Decision support systems membuat suatu solusi. ECS dimaksudkan untuk membawa kelompok bersama-sama menyelesaikan masalah dengan memberi bantuan dalam bentuk pendapat, kuesioner, konsultasi dan skenario..
3.Process Control Systems/Intelligent Support Systems/Sistem Pakar

dimaksudkan untuk mengembangkan mesin-mesin yang berfungsi secara cerdas. Dua cara untuk melakukan riset adalah memahami bahasa alamiahnya dan menganalisis kemampuannya untuk berfikir melalui problem sampai kesimpulan logiknya. Sistem pakar menggunakan pendekatan-pendekatan pemikiran untuk menyelesaikan masalah. Sistem pakar secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang pakar untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi.

4. Management Information Systems adalah sistem informasi pada management-level sebuah organisasi yang melayani fungsi-fungsi perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan .

5. Decision-support systems (DSS) adalah sistem informasi di management-level sebuah organisasi yang mengkombinasikan data dan model analitis yang rumit untuk mendukung pengambilan keputusan yang terstruktur dan semi terstruktur.

6. Executive support systems (ESS) adalah sistem informasi pada strategic-level sebuah organisasi yang dirancang untuk tujuan pengambilan keputusan yang tidak terstruktur.


d. lima alternatif strategi kompetitif yang dapat dipilih adalah ;


Strategi kompetitif adalah pencapaian posisi kompetitif yang diidamkan dalam industri, tempat dimana industri berada. Tujuan strategi kompetitif adalah menciptakan keuntungan dan posisi yang mendukung dalam melawan kekuatan yang menentukan persaingan industri.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain
Analisis Struktural Industri
Di dalam industri, persaingan diwujudkan dalam lima kekuatan kompetitif:
1. masuknya pesaing baru,
2. ancaman subtitusi,
3. kekuatan tawar pembeli,
4. kekuatan tawar penyuplai,
5. dan persaingan diantara kompetitor yang sudah ada.

Kelima kekuatan tersebut menentukan tingkat keuntungan industri karena mempengaruhi harga, biaya, dan investasi yang dibutuhkan perusahaan di dalam industri.

Kekuatan masing-masing dari lima kekuatan kompetitif adalah fungsi dari struktur industri, atau ekonomi yang mendasarinya dan karakteristik teknis dari suatu industri. Struktur industri relatif stabil, tetapi dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan sebuah industri. Menggeser perubahan struktural keseluruhan dan relatif kekuatan-kekuatan kompetitif, dapat mempengaruhi secara positif atau negatif profitabilitas industri.
Jika suatu perusahaan dapat membentuk struktur, secara fundamental dapat mengubah daya tarik industri yang lebih baik atau buruk. Banyak strategi sukses telah menggeser aturan kompetisi dengan cara ini. Perubahan struktur industri dapat menjadi pedang bermata dua, karena perusahaan dapat menghancurkan struktur industri dan profitabilitas yang mudah karena dapat memperbaikinya.
Kemampuan perusahaan untuk membentuk struktur industri bertumpu pada pemimpin industri. Tindakan pemimpin dapat memiliki dampak pada struktur yang tidak seimbang, karena ukuran mereka dan pengaruh atas pembeli, pemasok, dan pesaing lainnya. Pada saat yang sama, pemimpin pangsa pasar yang besar menjamin bahwa apa pun yang mengubah struktur industri secara keseluruhan akan mempengaruhi mereka juga.


Essay

Pendekatan sistemnya

Tahap I : Usaha Persiapan
Langkah 1. Memandang perusahaan sebagai suatu sistem
Langkah 2. Mengenali sistem lingkungan
Langkah 3. Mengidentifikasi subsistem perusahaan
Tahap II : Usaha Defenisi
Langkah 4. Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem
Langkah 5. Menganalisis bagian sistem dalam urutan tertentu
Tahap III : Usaha Solusi
Langkah 6. Mengidentifikasi solusi alternatif
Langkah 7. Mengevaluasi solusi alternatif
Langkah 8. Memilih solusi terbaik
Langkah 9. Menerapkan solusi terbaik
Langkah 10. Membuat tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu efektif

Sabtu, 21 Mei 2011

TUGAS EKOMONI MANAJERIAL

Tugas Ekonomi Manajerial untuk kela 7ed
Dikumpul : sabtu 28 mei 2011
Dosen : Ir.Supriadi.MM

Faktor-faktor produksi

Lengkapilah kolom-kolom yang masih kosong?

Tenaga Kerja ( L ) Produk Total (Q) Produk rata-rata (AP) Produk Marjinal (MP)

1 .... 10 ....
2 .... .... 4
3 39 .... ....
4 .... 13 ....
5 .... .... 9
6 66 .... ....
7 .... 9,4 ....
8 .... .... -2


Setelah didiisi buat kesimpulan dari tabel diatas..?
Dibuat dengan ditulis tangan masing-masing sebanyak satu lembar folio.

Senin, 16 Mei 2011

Tugas Sistim Informasi manajemen

tugas SIM

Lebih penting mana: Mengerti Informasi atau Mengerti Komputer? (Berdasarkan Pengalaman di perusahaan anda!)

note :

1. ditulis satu halaman polio ( sekitar 200 kata }
2. waktu pengumpulan dua minggu terhitung dr tgl 14 mei 2011
3. cara pengumpulannya lewat email ke alamat "ayokuliah@gmail.com"
4.

Rabu, 04 Mei 2011

contoh tugas msdm

MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA






TUGAS MANDIRI


Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
Nama Dosen : Prof.Dr.H. Djuhri Abdul Mu’in, M.Pd



Oleh

NAMA :
NIM :














PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI
LAMPUNG

PENTINGNYA MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
BERBASIS SEKOLAH

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kekurang berhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality Improvement.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) untuk kemudian melaui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program - program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.


2. Tujuan
Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis dengan tujuan;
a. Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
b. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural, sosio-ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
c. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
Pengertian Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah.
Strategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah yang selama ini kita kenal. Dalam sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat makro saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang bersifat mikro; Sementara sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah, dan harapan orang tua. Pengalaman menunjukkan bahwa sistem lama seringkali menimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan kebijakan yang harus dilaksanakan di dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah ini memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat rasional, normatif dan pendekatan preskriptif di dalam pengambilan keputusan pandidikan kepada suatu kesadaran akan kompleksnya pengambilan keputusan di dalam sistem pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya pemikiran untuk beralih kepada konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sebagai pendekatan baru di Indonesia, yang merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan yang tengah dikembangkan.
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (ii) sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Ada empat hal yang terkait dengan prinsip - prinsip pengelolaan kualitas total yaitu; (i) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus - menerus mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional. Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah, khususnya siswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua semberdaya termasuk sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal - hal yang bermanfaat bagi peningkatan mutu khususnya.
Pengertian mutu
Dalam rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya adalah pada hasil yang dicapai . Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah ' terutama yang menyangkut aspek kemampuan akademik atau "kognitif" dapat dilakukan benchmarking (menggunakan titik acuan standar, misalnya :NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap sekolah baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan ekstra-kurikuler) dilakukan oleh individu sekolah sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan tahun berikutnya.

Kerangka kerja dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan sekolah dapat bekerja dalam koridor - koridor tertentu antara lain sebagai berikut ;
Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan operasional/administrasi, pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk : (i) memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (iii) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitment terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat. Pertanggung-jawaban (accountability) ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus memberikan laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses peningkatan mutu.
• Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada mafaat dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional.
Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu pembinaan profesional dalam rangka pembangunan kapasitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengkontrol sumber daya manusia, fleksibilitas dalam merespon kebutuhan masyarakat, misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan yang khas, atau muatan lokal. Demikian pula mengirim guru untuk berlatih di institusi yang dianggap tepat.
Konsekwensi logis dari itu, sekolah harus diperkenankan untuk:
• mengembangkan perencanaan pendidikan dan prioritasnya didalam kerangka acuan yang dibuat oleh pemerintah.
• Memonitor dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai dan menentukan apakah tujuannya telah sesuai kebutuhan untuk peningkatan mutu.
• Menyajikan laporan terhadap hasil dan performannya kepada masyarakat dan pemerintah sebagai konsumen dari layanan pendidikan (pertanggung jawaban kepada stake-holders).
Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa hanya sekolah yang sekolah yang dikelola secara efektiflah (dengan manajemen yang berbasis sekolah) yang akan mampu merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam hal mutu pendidikan.
Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan, harapan dan standar bagi siswa untuk belajar dan menyediakan dukungan komponen pendidikan yang relatif baku atau standar minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah dan otorits pendiidikan lainnya memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar tujuan dan kebijakan pendidikan dan memberdayakan secara bersama-sama sekolah dan masyarakat untuk bekerja di dalam kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk setiap komunitas masyarakat.
Jelaslah bahwa konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini membawa isu desentralisasi dalam manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana birokrasi pusat bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro, tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro, prioritas pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui sistem monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus menerus mnyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam pengimplementasian manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu siswa (lulusan).
Secara singkat dapat ditegaskan bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada mutu pendidikan. Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi pusat mutu (center for excellence) dan ini mendorong masing-masing sekolah agar dapat menentukan visi dan misi nya utnuk mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

Strategi pelaksanan di tingkat sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut
• Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
• Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
• Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
• Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan preralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau ditetapkan.
• Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu : (i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, dan (ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan telah juga disesuaikan.
• Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.












Penutup
Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan bervariasinya kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi dengan kondisi geografi Indonesia yang sangat kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh birokrasi pusat. Oleh karena itu di dalam proses peningkatan mutu pendidikan perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah.
Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi yang dapat dilaksanakan oleh sekolah antara lain meliputi evaluasi diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan sekolah. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut sekolah bersama-sama orang tua dan masyarakat menentukan visi dan misi sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang diharapkan dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana program sekolah termasuk pembiayaannya, dengan mengacu kepada skala prioritas dan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi sekolah dan sumber daya yang tersedia.

Daftar Pustaka
Bendell, Tony, and Boulter, Louise, and Kelly, John, 1993, Benchmarking for Competitive Advantage, Pitman Publishing, London, United Kingdom.
Chapman, Judith (ed), 1990, School-Based Decision-Making and Management, The Falmer Press, Hampshire, United Kingdom.
Dikmenum, 1999, Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper kerja), Depdikbud, Jakarta.
...., 1998, Upaya Perintisan Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (paper kerja), Depdikbud, Jakarta.

Rabu, 27 April 2011

pengumuman untuk kelas 7ed

dari bagian akademik pps saburai

1. pada waktu uas diharapkan memakai jas almamater pps saburai
2. pada waktu kuliah diharuskan memakai baju batik dan tidak diperkenankan memakai celana jeans dan sandal

tugas makalah msdm

tugas dari prof.DjuhriAbdul Mu'in.MPd
pilih salah satu dr tema berikut atau semuanya

1. Pentingnya perencanaan sdm
2. pentingnya peningkatan mutu sdm
3. Analisis tentang pemahaman dan implementasi pengembangan iptek
4. pengaruh kompensasi terhadap kinerja pegawai
5. menyusun proposal pengembangan sdm melalui diklat
6. strategi penyiapan sdm yang memiliki daya saing di era global

dikumpulkan waktu uas tgl 7 mei 2011 melalui ketua kelas.

Selasa, 19 April 2011

Tugas makalah kelompok 3 7ed

TIPE KEPEMIMPINAN
PRESIDEN-PRESIDEN INDONESIA
(Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan)



KELOMPOK 3
KELAS 7 ED


Nama Dosen : Dr. Erina Pani






Anggota :
1. Dewi Yanti
2. Hotmauli Polman s
3. Mardawati
4. Rosmalia Resna
5. Sarif Ediansyah
6. Hendra Usman
7. Helsa sari



UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI

2011

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok (masyarakat), Negara & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Berbicara tentang kepemimpinan di Indonesia, biasanya kita lantas terjebak pada pembicaraan ‘siapa yang tepat menduduki posisi orang nomor satu”. Berbagai analisis digunakan untuk mencari pribadi-pribadi yang dinilai layak untuk duduk disana. Tatkala tak ada satupun yang dinilai memenuhi syarat seperti yang dikonsepsikan, beralihlah optimisme (jika ada) menjadi pesimisme. Seolah-olah pemimpin harus menghadirkan dirinya dari ‘dunia sana’. Sementara kita tinggal lagi mengidentifikasi orang yang terberkati itu. Bila ternyata yang terberkati itu tidak ditemukan, maka kita akan sabar menunggu sampai ia datang.


I.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :

Bagaimana tipe kepemimpinan yang ideal bagi seorang pemimpin.
Bagaimana tipe kepemimpinan presiden presiden di Indonesia
 Tipe kepemimpinan yang bagaimanakah yang cocok menanggulangi permasalahan di Indonesia



I.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
Untuk mengetahui tipe kepemimpinan yang ideal bagi seorang pemimpin,
Untuk mengetahui tipe kepemimpinan presiden presiden di Indonesia
Untuk mengetahui Tipe kepemimpinan yang bagaimanakah yang cocok menanggulangi permasalahan di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
Semenjak Indonesia merdeka sampai sekarang, sudah ada 6 presiden yang berganti. Dan tentu saja mereka memiliki gaya kepemimpinan masing-masing. Hal ini sungguh menarik untuk sedikit di bahas dan mungkin nanti bisa disimpulkan bahwa, “adakah tipe kepemimpinan yang ideal bagi seorang pemimpin, atau lebih khususnya pemimpin di Indonesia??
Sebelum kita membahas satu persatu presiden, mari kita pelajari sedikit tentang tipe-tipe personaliti manusia. Secara umum ada 4 tipe personaliti kepemimpinan yg ada, yaitu:
1. Tipe Dominance (dominan): atau biasa dalam ilmu psikologi disebut dengan korelis. Bagaiman tipe ini bertindak? Tipe ini adalah seorang tipe yang dominan (yaiyalahh! -_-”), keras kepala dan mungkin agak galak. (saya tidak bisa menjelaskan seberapa galak karena tentu saja arti galak sangat berbeda antara mas-mas yang kerja di salon dengan anggota Brimob kan?? :p). Nah intinya tipe ini adalah tipe yang drive atau penyetir.
2.Tipe Steadiness (teguh) sangat berbeda 180 derajat dengan tipe dominance, tipe ini adalah tipe yang penurut (bukan berarti menurut dengan bawahannya –> ngapain jadi pemimpin klo gini.. ). Tapi lebih tepatnya orang steadiness memiliki jiwa yang loyal, rajin, cinta damai, suka melayani orang lain dan pekerja keras. Dalam ilmu psikologi biasa kita sebut dengan plegmatis. Cocoklah ini orang kalau bekerja bareng sama tipe Dominance. Tetep nerimo walopun dimarah2in juga. hehe.
3. Tipe Influence (mempengaruhi): Ciri-ciri tipe ini yang mudah terlihat adalah terlihat supel. Tipe ini memiliki rasa humanisme dan humor yang bagus. Sangat optimis dalam menghadapi masalah. Sangat bersemangat, enjoy the life , dan spontanitas. Namun kejelekan tipe ini yah kurang teliti, kurang waspada terhadap musuh, cenderung malas. hmm, apalagi ya.. (ga tega nyebut kekurangannya soalnya kebetulan penulis bertipe ini hihihi). Biasanya di dunia psikologi tipe ini disebut dengan sanguinis.
4. Tipe Compliance (memenuhi): Duh bingung juga ney istilahnya. Pokoknya tipe ini berkebalikan dengan tipe Influence. Biasa di sebut dengan melankolis (Tapi jangan membayangkan presiden-presiden kita dengan tipe ini akan meneteskan air matanya saat mendengarkan lagu melow nya Rossa atau menangis saat di putus pacarnya.. *hihihi ,anak SMP bgt siy!*). Intinya sangat taat pada hukum, birokrasi atau aturan yang berlaku. Sangat teratur, teliti, waspada, sangat berstrategi dan mungkin juga aga sedikit pendendam. Hati-hati sekalinya dia sakit hati ga akan pernah lo di sapa lagi. (serem ga siy si melankolis ini).
Nah setelah kta bahas tipe-tipe personaliti, selanjutnya akan kita bahas tipe-tipe yang manakah presiden-presiden kita ini. Yuk maree..! Sebagai tambahan, bahwa dalam ilmu psikologi kebanyakan orang akan memiliki lebih dari satu tipe yang saya sebutkan diatas tersebut. Ada siy yang biasanya punya 3 atau bahkan 4 (psikopat kali ya, yang personalitnya ga jelas!) atau bahkan cuma punya satu (duh, ga berwarna bgt hdupnya -_-”). Nah biar ideal kita cari 2 kombinasi aja untuk masing2 presiden kita.
1. Soekarno:
Ayo tebak tipe yang manakah Pak Karno ini. Mulai dari gebrakan proklamasi yang dia lakukan, bahkan sempet eyel-eyelan dulu sama pemuda sampai-sampai pak Karno di culik. (kebetulan saya bukan pecinta sejarah, jadi cuma adegan action inilah yang saya ingat,hehe). Pandanganya jauh ke depan tentang cita-cita Indonesia, sangat bermotivasi untuk mewujudkannya Sangat di segani oleh dunia luar. Lalu dengan dirubahnya demokrasi negara kita menjadi terpimpin, hmm.. tindakan ini sangat mengebrak sekali, hanya akan dilakukan oleh orang bertipe dominance. Setuju ga?? Nah buat tipe keduanya bisa dilihat dari gaya berbicaranya. Sangat supel kan, terbukti dong banyak wanita yang suka,, hehe. Engga, maksud saya bagaimana dia berbicara dan mempengaruhi orang lain sangatlah mempesona (kata org2 dulu sich, saya sendiri juga belom pernah liat secara langsung). Kalo dibayangin, yah.. mirip-mirip Obama laahh.. Jadi bisa saya katakan Pak Karno memiliki tipe kepemimpinan Dominance-Influence.
2. Soeharto:
Udah bisa di tebak dong pak Harto ini bertipe apa. Yang saya ingat sih ini, waktu dulu keluarga besar saya selalu mencoblos nomer 2 (golkar) saat pemilu. Saat saya tanya; Lho kenapa pak, bu? Mereka menjawab; kamu masih mau bisa sekolah ga?! kamu mau sepeda baru ga pas ultah mu?!. Walaupun saat itu saya gak tau arti jawaban mereka, tetapi untuk sementara pada saat itu jawaban mereka saya terima-terima aja. Demi sepeda BMX baru gitu lho cooyyy..!! hehehe. Oke setuju kan klo saya sebut tipe Bapak Seribu senyum ini adalah tipe Dominance?? Lalu kira-kira combine nya apa ya? Apakah beliau supel? saya lebih memilih kalau beliau ini agak pendendam (saya tambahin agak, soalnya takut di dendamin sama anaknya nih) maaf… . Beliau sangat berstrategi, tidak sembarangan (berbeda bgt sama sanguinis/influence). Bagaimana Soekarno yang bertipe influence dengan mudahnya “diturunkan” oleh Soeharto. Dan bagaimana strategi Soeharto yang bisa membuat dia berkuasa selama 32 tahun, ini menandakan dia bertipe Compliance. Bagaimana dia membuat MPR/DPR berasal dari partai politik pendukung dia, itulah seninya strategi politik yang dilakukan oleh sang compliance. Lalu beliau dendam kepada siapa? Yah kepada orang yang akan kita bahas selanjutnya.. hhihihihi. Jadi kesimpulannya Pak Harto memiliki tipe kepemimpinan Dominance-Compliance.
3. Habibie:
Kalau boleh saya bilang Presiden yang satu ini adalah presiden yang paling loyal dan rajin terhadap pekerjaannya. Bahkan dari informasi yang saya dapat, Pak Habibie sering tidur hanya 2 – 3 jam perhari demi menyelesaikan tugasnya. Bahkan saking cerdasnya, mentri ekonomi kita pada saat itu pernah di beri presentasii pengarahan tentang bagaimana seharusnya ekonomi indonesia di perbaiki. (Gila, lulusan teknik tapi jago ekonomi juga). Tapi beliau tidak pernah marah kalau di debat, tidak seperti Pak Harto dan Pak Karno. Pak Habibie suka di debat demi mencapai hasil yg lebih baik. Bahkan sering banget beliau di eyel sama para mentrinya. Tapi enjoy-enjoy aja, ga pernah marah ga pernah dendam. Sayang saja, di bidang politik beliau bisa di bilang polos. Demi membuat semua senang, keputusan nya dalam pemilu timor-timor secara cerdik dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya. Alhasil beliau cuma menjabat 1 tahun deh.. *hiks, sedih deh!. Bagaimana gambaran dia memimpin ditambah dengan sikapnya saat dia bekerja bersama Pak Harto sebagai mentrinya, bisa dikatakan beliau bertipe Steadiness. Lalu kalau di bilang supel,,hmm engga juga.. Malahan beliau orang yang sangat teliti dan teratur (mentri-mentri paling ga bisa kalau mau bohong sama presiden kita yang satu ini. Jadi bisa di katakan beliau juga bertipe compliance. Untung saja habibie bertipe utama steadiness yang cinta damai. jadi meskipun beliau juga bertipe compliance namun beliau bukanlah tipe orang yang pendendam gitu loch..! Kesimpulan saya, Pak Habibie memiliki tipe kepemimpinan Steadiness-Compliance.

4. Gus Dur:
Dari gayanya yang easy going, sangat optimis namun ceplas-ceplos saat di tanya wartawan, dan seolah “mengampangkan” semua persoalan-persoalan dengan ciri khasnya “gitu aja kok repot?” terlihat bahwa dia adalah tipe Influence/sanguinis (sama nih ama gw.. ). Humanismenya (sisi kemanusiaannya) baik sekali, terbukti dari di resmikannya agama ke-6 di negri ini. Namun sikap (maaf) “sembrononya” juga terlihat dari sikapnya yang sering tertidur saat rapat kabinet ataupun keinginannya untuk manjalin hubungan diplomatik dengan israel. (lagi-lagi sisi humanisme sangat di tonjolkan oleh Gus Dur). Dan efek dari sifat sembrono (walaupun jago mempengaruhi orang, influence juga mudah percaya dengan orang) si Influence ini dengan mudah dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya. Turun deh jadinya beliau, padahal belum akhir masa pemerintahannya. *sedih * . Disisi lain beliau juga seorang yang pemarah lho, ia kerapkali menggebrak meja saat anak buahnya tidak menuruti keinginannya. Di depan beliau anak buah seakan takut, namun di belakang beliau sangat lah berbeda. Ini lah kekurangan lain dari sang influence, yaitu kurang waspada dan kurang strategi saat menghadapi musuh-musuh yang tersembunyi.. Jadi bisa dikatakan bahwa, Gus Dur memliki tipe kepemimpinan Influence-Dominance.
5. Megawati:
Ia sangatlah teliti dan teratur, namun bukan pada bidang pemerintahan yang beliau geluti saat menjadi presiden RI. Namun beliau sangat teratur sekali dalam menata rumah dan taman pribadinya (yang merupakan hobi beliau). Pernah saat Seorang menteri datang untuk meminta petunjuk dalam suatu persoalan ekonomi, namun beliau menjawab; “yah terserah kamu deh mau diapain, saya percaya kamu.” Lalu pembicaraan berlanjut dengan topik berbeda, “ini lho saya sedang merawat bunga yang baru, bagus kan?”.
Para mentripun banyak yang suka dengan ibu Mega, karena mereka jarang mendapatkan tekanan saat mereka bekerja, namun buat mentri yang sedang bekerja sungguh-sungguh malahan jadi sering bingung dengan jawaban ibu Mega. Terlebih jika Taufik Kemas ikut mengambil keputusan, jadi seolah ada 2 nahkoda dalam satu kapal. Misal dalam pencalonan gubernur jawa barat. Hmmm, sedikit diluar konteks tulisan ini, lalu kebijakan-kebijakan yang Ibu buat siapa yang sebenanya membuat?? Yah tanpa saya beritahu juga para pembaca tentunya sudah banyak yang tahu. .
Dalam bidang pemerintahan hampir mirip seperti Pak SBY, beliau selalu berupaya berjalan di jalur hukum, takut jika ada ketentuan undang-undang yang dilanggar, tidak suka konfrontasi dan lamban dalam mengambil keputusan. Beliaupun mudah tersinggung dan juga pendemdam lho, bahkan akan terus mengkritik orang yang di dendam. Kesimpulan dari sedikit uraian ini adalah, bahwa Megawati memiliki tipe kepemimpinan Compliance-Steadiness.


6. SBY:
Hampir mirip dengan gaya Ibu megawati yang teliti dan teratur. Namun SBY mengimplementsikan sifat keteraturan dan ketelitian itu dalam pekerjaannya sebagai presiden. Dia tidak asal ambil keputusan, tidak mau ikut campur diluar kewenangannya, walaupun sebnarnya dia sangat bisa. Karena dia sangat berstrategi, dia sadar bahwa di balik keputusan yang dia ambil, jika keputusan itu salah atau kurang populis maka lawan-lawan politiknya siap untuk menerkam dia dari belakang. Untuk itu dia sangat berstrategi, dengan cara memeluk lawan-lawan politiknya. Membuat koalisi, atau bahkan memuat Seketariat Bersama di DPR. Dengan startegi yang teratur ini dan tentu saja dengan pengalaman politiknya yang sudah tidak di ragukan ini, sangat sulit untuk lawan politiknya mau menggulingkan pemerintahannya. Saya berani bertaruh, dia akan langgeng sampai 2014, walaupun tiap ultah pemerintahannya akan banyak demo-demo yang “digerakkan” oleh lawan poltiknya.
Beliaupun tipe yang mudah tersinggung, membalas kritik dengan kritik, suka curhat ke masyarakat. Strategi popularitas yang digunakan adalah mengambil simpati rakyat untuk di kasihani. Strategi itupun yang SBY lakukan hingga beliau berhasil menjadi Presiden.
Dibalik sifat melankolis/compliance nya, beliau juga memilki sifat dominance. Hasil didikkan dari militer membuat beliau juga terkadang bersifat dominance. Beliau pernah mengusir audience nya saat tertidur dalam pidatonya. Beliau pun melakukan gebrakan KPK, mencopot jabatan Menkeu Sri Mulyani dengan halus, RUU jogjakarta, dan wacana pemerintahan lebih dari 2 kali masa jabatan, semua tindakan-tindakan itu, beliau drive dengan strategi yag baik. Tujuannya semua senang, semua bahagia (termasuk rakyat tentunya, I hope so) dan pemerintahannya tetap langgeng. Kita lihat saja bagaimana strategi nya saat menghadapi pemilu 2014. Sangat menarik tentunya, khusunya bagi intern democrat. Bisa saya simpulkan dong, bahwa Pak SBY memiliki tipe kepemimpinan Compliance-Dominance.
Oke, dari wacana sebelumnya bisa dong kita diskusikan kira-kira tipe kepemimpinan apa yang terbaik di dunia ini? Dan tipe keemimpinan apa yang cocok untuk indonesia saat ini?? Apakah tipe kepemimpinan itu seperti Obama (mungkin Influnce-Dominant kali ya), ataukah seperti firaun? atau seperti pemimpin-pemimpin dunia lainnya? Hittler,bush dan firaun yang dominan, atau nabi Muhammad SAW? Kira-kira apa jawaban anda tentang bagaimana pemimpin ideal itu??
Jadi sebenarnya semua tipe itu harus dimilliki oleh seorang pemimpin. Lho maksudnya gimana?? Kalau semua tipe dimiliki jadi seperti psikopat yang tadi sempet kita bahas dong??! hahaha.
Memang pada dasarnya bawaan sejak lahir dan pengaruh lingkungan, kita pasti memiliki setidaknya 2 tipe kepemimpinan tersebut. Namun sebagai seorang pemimpin (tidak hanya presiden, kepala keluarga, ibu dari anak-anak juga bisa disebut pemimpin lho!) kita dituntut bisa menjadi kesemua tipe tersebut sesuai situasi dan kondisi. Maksudnya??
Misal contoh sederhana nih (kita keluar sebentar dari judul kita kali ini); seorang guru, dia harus bisa bersifat berbeda terhadap murid-muridnya yang berbeda karakter. Dia harus menjadi dominan saat menghadapi murid yang nakalnya kelewatan, dan saat murid yang nakal itu takut, nah saatnya sang guru menjadi guru yang steadiness atau cinta damai. Jadi murid itu merasa perubahannya di hargai.
Sedikit cerita, saya dulu pernah punya guru yang killer atau galak. Dia pernah marahin saya. Saya pun kapok dan berubah, namun saat saya sudah menjadi anak yang baik (menurut saya), dia pun tetap bersikap galak seperti itu. Apa lagi salah saya?? Kenapa bapak tidak menghargai perubahan saya??
Atau seorang supervisor yang steadiness misalnya, selalu menghindari konflik, selalu bersikap sabar dan cinta damai. Suatu saat dia harus menghadapi anak buah yang sangat buruk perangrainya (duh ga ada kata yg lebih sederhana ya ….). Gimana bisa tuh anak buah berubah kalo si supervisor selalu bersikap baik dan humanisme. Bersikap tegas dan marahlah dengan elite! (tapi jgn keluarin hewan-hewan di ragunan dari mulut anda! sumpah, kampungan bgt ini.. -_-”). Kalau anak buah masih tetap seperti itu, jadi supervisor yang dominance (walaupun ini bukan anda bgt misalnya), kasih first and last warning! Ini hak anda sebagai spv, demi kebaikan bersama. Nah saat anak buah anda menunjukan perubahan, berubahlah menjadi sang influence dan steadiness lagi. Beri pujian ke dia secara personal dan hangat walaupun itu bukan dominance bgt seperti yang anda praktekan sebelumnya.
Nah seperti inilah menurut saya bagaimana seorang pemimpin itu seharusnya. Pemimpin harus bisa “menjadi” semua tipe personality sesuai situasi dan kondisi yang dihadapinya. jadilah gak be my self dong kita? Saya tidak bilang untuk berubah ya, saya bilang menjadi,, contoh lain nih anda tipe suami dominance kelas akut, saat anak anda sudah berprestasi, tidak ada salahnya kan anda mencoba menjadi sang influence dalam waktu sehari atau bahkan satu jam untuk memujinya. Saya jamin, wibawa anda yang diperlihatkan dengan kumis tebal anda tidak akan jatuh kok di depan anak anda.
Jadi kesimpulan pertama sudah bisa diambil kan (liat aja kata2 yang bold). Nah, the next question is… Apa yang di butuhkan pemimpin Indonesia sekarang ini?? Kalau boleh saya berpendapat, sekarang ini Indonesia membutuhkan tipe pemimpin yang Dominance agar bisa tegas mengambil keputusan yang mengrebak, terutama pada masalah birokrasi kita. Seperti yang Pak Budiono bilang; pembenahan ekonomi indonesia harus di dahului dengan pembenahan birokrasi, walaupun hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Nah, diperlukan pemimpin yang dominance yang mampu untuk melakukan gebrakan secara tegas untuk merubah birokrasi yang kacau balau ini. Dijamin kasus Century, saham KS, lumpur lapindo, penyuapan MK, kasus Gayus dll bisa terselesaikan dengan cepat.

Trus kalo “tegas” begitu, bisa dengan mudah dong dijebak dan diturunkan oleh musuh-musuh politik?? Yaa, tipe kedua yang dibutuhkan adalah Compliance. Biar berstrategi, tetap waspada dan tidak mudah di “serang” musuh. Jadi kesimpulan : tipe yang cocok untuk pemimpin indonesia sekarang adalah tipe Dominance-Compliance. Nah lho, kok mirip Pak Harto?? Yah mungkin itu kesimpulan yang masih bisa di perdebatkan atau karena itu mungkin Pak harto bisa melanggeng selama 32 tahun di negri tercinta ini..

Lalu bagaimana dengan teori “menjadi” tersebut? Tentu saja teori kepemimpinan ini masih harus dilakukan. Presiden kita harus bersikap Dominance; galak sama anak buahnya yang korupsi, tegas sama negara lain yang macam-macam (arab dan malaysia) atau berani dalam mereformasi birokrasi kita tersebut. Presiden juga harus bisa ber-influence; cepat dalam bertindak dan spontanitas terhadap hal-hal urgent terutama tentang kebutuhan rakyat. Bikin project pembangkit, seribu tower rusunami, dan semua yang berhubungan dengan kebutuhan rakyat (humanisme) dan ini akan bisa dilakukan dengan cepat oleh pemimpin yang bertipe Influence. Sikap Compliance harus diimplementasikan dalam membangun strategi pemerintahan dan politik. Tetap waspada terhadap kawan dan lawan, teliti tentang undang-undang. tetap menjalankan semua sesuai aturan, selama tidak ada yang urgent. Dan yang terakhir adalah sikap steadinees, yang harus dimiliki oleh presiden. Rasa loyalitas kepada rakyat, kerja keras demi rakyat dan cinta damai terhadap lawan-lawan politik.

Duh ribet ya jadi presiden, antara membela rakyat vs menjaga jabatan. Keputusan pun akhirnya lama untuk diputuskan, apalagi mau mereformasi birokrasi. Sepertinya tidak mungkin terlaksana deh kalo masih mementingkan “hangatnya” kursi presiden. Obama adalah contoh presiden yang tidak peduli dengan jabatan dan hanya terus memikirkan rakyat. Akhirnya dengan mudah posisi parlemen gedung putih “dibalik” oleh republik. Kalah deh obama (demokrat), padahal semua kebijakan Obama (UU kesehatan, penarikan pasukan di Iraq dll) benar-benar pro Rakyat).

Yup, intinya sungguh repot lah jadi presiden! harus bisa jadi ini itu, harus waspada sana-sini. Tapi satu hal yang terpenting adalah Ketulusan. Dengan tulus kita akan jujur bekerja, dengan tulus kita akan loyal terhadap rakyat, dengan tulus kita akan ikhlas atas semua yang kita lakukan.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain. Dan yang teramat penting pemimpin harus mampu dan bisa ”menjadi” berbagai tipe didalam memimpin baik itu dominan, Steadiness
Influence maupun bertipe Compliance
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Sekarang ini Indonesia lebih membutuhkan tipe pemimpin yang Dominance agar bisa tegas mengambil keputusan yang mengrebak, terutama pada masalah birokrasi kita. walaupun hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Tipe kedua yang dibutuhkan adalah Compliance. Biar berstrategi, tetap waspada dan tidak mudah di “serang” musuh.
III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

Daftar Pustaka

B. Herry-Priyono, 2003, Kepemimpinan Republik, Kompas 1 Oktober 2003.
B.M. Bass, 1985, Leadership and performance beyond expectation, New York, Free Press.
Handoko, Hani T.1984. Manajemen, BPFE – Yogyakarta
Djatmiko, Yayat Hayati. 2004. Perilaku Organisasi, Alfabeta – Bandung
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan Dan Motivasi, Ghalia Indonesia – Jakarta
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/heboh-mengenai-kepemimpinan

TUGAS KELOMPOK DUA 7ED

Kepemimpinan Tradisional Antara Kenangan dan Impian






“Hadis Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa tanda orang yang beriman itu adalah mereka yang tidak akan terperosok dua kali ke dalam satu lobang kesalahan”.

Di Sajikan Kelompok Dua
1. Cecep Heri MS
2. Isminarti Ika Putri
3. FitriyantiSumarno
4. Partinia
5. Aris Pranata
6. Yulva Novianti
7. Tarmizi
8. Erwina Sari




BAB I
PENDAHULUAN



Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Banyak orang mengatakan bahwa pada zaman sekarang sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang perduli pada kepentingan orang lain, dan kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian pada kepentingan orang banyak, dan kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untukmenegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah di kemudian hari.




B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa arti kepemimpinan?
2. Bagaimana perilaku pemimpin Tradisional?
4. Bagaiman cara mengambil keputusan seorang pemimpin Tradisional?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti kepemimpinan?
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku pemimpin?
4. Untuk mengetahui bagaiman cara mengambil keputusan seorang pemimpin?
5. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang cocok untuk Indonesia?



BAB II
PEMBAHASAN



1. ARTI KEPEMIMPINAN

Secara umum, kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang akan dipimpin. Kepemimpinan juga melibatkan pembagian kekuasaan (Power). Pemimpin mempunyai power yang lebih besar dibandingkan dengan yang dipimpin. Power tersebut datang dari beberapa sumber, diantaranya adalah : Reward power, Coercive power, Legitimate power, Referent power, dan Expert power.
Manajer secara umum, mempunyai keahlian yang lebih tinggi, dibandingkan bawahannya, manajer dapat juga mempunyai kekuasaan referensi yang mendorong bawahan ingin meniru perilaku menejer, meskipun kekuasaan yang terakhir ini barangkali tidak sebesar kekuasaan sebelumnya.
Pemimpin tidak sama dengan manajer. Pemimpin biasanya dikaitkan dengan orang yang mempunyai semangat yang tinggi, kharisma yang tinggi, dan kemampuan memotifasi orang lain yang sangat tinggi. Sementara Manajer biasanya dikaitkan dengan orang yang mampu merencanakan, mengelola, dan mengendalikan organisasi dengan baik, tetapi tidak mempunyai kemampuan memotifasi orang lain dengan baik. Presiden Soekarno barangkali contoh seorang pemimpin yang efektif, karena hanya dengan pidatonya, beliau mampu menggerakkan bangsa Indonesia melawan penjajah. Sementara para manajer biasanya memotifasi karyawannya dengan intensif gaji.
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan. Seorang pemimpin itu adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Seseorang yang secara resmi diangkat menjadi kepala suatu group I kelompok bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak berfungsi sebagai pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang unik dan tidak di wariskan secara otomatis tetapi seorang pemimpin haruslah memiliki karekteristik tertentu yang timbul pada situasi -situasi yang berbeda
Menurut John. R. Schermer Horn : “Untuk menjadi seorang manajer tidaklah suatu yang mudah. Untuk menjadi manajer berarti berani untuk bertindak secara efektif dalam arti menyeluruh dalam perencanaan (planning), organisasi (organizing), memimpin dan mengendalikan. Kepemimpinan yang sukses adalah suatu kemauan tetapi bukan dalam kondisi sukses managerial. Seorang manajer yang baik, maka akan baik pula kepemimpinannya, tetapi seorang yang baik kepemimpinannya belum tentu baik dalam manajer yang baik manajer.

Kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ricky W. Griffin membagi pengrtian kepemimpinan menjadi dua konsep, yakni penerapannya sebagai proses dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan di fokuskan kepada apa yang di lakukan oleh para pemimpin, yaitu proses yang mengharuskan seseorang pemimpin di dalam menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, atau siapa saja yang dipimpinnya, kemudian memotivasi mereka agar dapat mencapai tujuan bersama dan membantu penciptaan budaya produktif di dalam organisasi.
Sebagai atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus di miliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mempunyai kemempuan untuk mempengaruhui orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang di pimpin itu menerima dirinya aebagai sosok yang layak memimpin.


Tahun 2004 merupakan babakan baru dalam sejarah perjalanan kepemimpinan Bangsa Indonesia pada aras nasional. Untuk pertama kalinya rakyat Indonesia memilih dan menentukan sendiri pemimpinnya melalui pemilihan presiden secara langsung. Selamaberpuluh-puluh tahun rakyat Indonesia memilih pimpinanan Nasionalnya dengan cara mewakilkan, walaupun sedikit secara paksa, kepada orang yang disebut wakil rakyat yang sesungguhnya juga tidak dipilih secara langsung. Namun masih ada sedikit kebanggaan sebab pada aras lokal yang disebut desa, pemilihan kepala desa secara langsung sudah berlangsung berpuluh tahun lamanya. Hasil dari “pesta demokrasi” itu telah menetapkan para pemimpin di berbagai tingkat kelembagaan. Di tangan mereka terletak penerapan nilai-nilai demokrasi yang telah menjadikan mereka sebagai pemimpin. Rakyat menunggu pembuktian mereka. Di tengah semaraknya pemilihan pemimpin di berbagai tingkatan kelembagaan dalam Negara Republik Indonesia (baik legislatif maupun eksekutif), ada fenomena lain yang cukup menarik untuk dikaji sekitar kepemimpinan dalam masyarakat Indonesia. Perebutan kekuasaan lewat jalur kepemimpinan tradisional di berbagai pusat kekuasaan tradisional di Indonesia makin sering terjadi, contoh yang masih segar dalam ingatan adalah dualisme kepemimpinan dalam keraton Kasunanan Surakarta. Selain itu, tidak sedikit para pemimpin dan calon pemimpin dalam jalur kepemimpinan modern dari berbagai tingkatan yang “mencari” gelar atau pangkat melalui jalur kepemimpinan tradisional. Sebut saja pemberian gelar Kanjeng Pangeran oleh Paku Buwono XII kepada KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) pada tahun 2002. Pemberian gelar Kanjeng Pangeran dan Kanjeng Pangeran Anom kepada Wiranto dan Akbar Tanjung (capres Partai Golkar) dan Amin Rais (capres PAN) pada tanggal 28 September 20031. Ada juga para pejabat gereja yang kemudian beralih dari jabatannya sebagai pelayan Tuhan menjadi pemimpin tradisonal atau merangkap dua jabatan tersebut sekaligus (misalnya menjadi Parengnge’, yaitu pemimpin tradisional Toraja). Mengapa fenomena-fenomena demikian semakin kerap terjadi dalam era modern saat ini? Apakah model kepemimpinan modern tidak relevan untuk masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dengan beragam model kepemimpinannya? Ataukah kepemimpinan yang relevan untuk masyarakat kita adalah gabungan antara dua model kepemimpinan, modern dan tradisional? Mungkin inilah yang sedang dicoba sebab sering menjadi syarat, walaupun tidak tertulis, seorang dapat dipilih menjadi pemimpin dalam organisasi modern termasuk dalam gereja jika orang tersebut adalah keturunan “darah biru” alias keturunan bangsawan. Tetapi benarkah dua model kepemimpinan yang dalam banyak hal bertentangan dapat dipadukan dalam sebuah lembaga atau organisasi? Bertolak dari realitas demikian, maka tulisan ini dibuat sebagai pikiran awal untuk mendorong para pembaca mengkaji fenomena tersebut lebih lanjut dan mendalam.

Tata kepemimpinan tradisional diatur dalam system kemasyarakatan yang sumber atau proses menjadinya terkadang sulit dilacak/diketahui. Ia hanya merupakan dongeng yang diturun-alihkan secara lisan dari generasi ke generasi. Dalam mitos suku-suku yang menceritakan tentang asal-usul suatu masyarakat, ada kepercayaan bahwa system kemasyarakatan lahir bersamaan dengan penciptaan alam semesta dengan semua isinya termasuk manusia pertama. Dalam masyarakat Makassar, sistem seperti ini dimuat dan diatur dengan lengkap dalam lontara2 . Contoh lain adalah sistem kemasyarakatan di Toraja yang diyakini diberikan oleh dewa kepada manusia pertama. Sistem kemasyarakatan tersebut menyatu dengan sistem kepercayaan yang diatur dalam Aluk Sanda Pitunna = 7777 (secara harafiah berarti serba tujuh atau lengkap tujuh)3. Salah satu yang diatur dalam Aluk Sanda Pitunna adalah strata sosial4. Strata sosial tidak hanya dikenal dalam masyarakat

Tinjauan Teologis

tradisional Toraja tetapi pada umumnya dalam sukusuku di Indonesia. Stratifikasi yang ada dalam masyarakat lokal sekaligus mencerminkan system pemerintahan (kepemimpinan) yang dianut dan dipraktekkan dalam masyarakat tersebut. Strata tertinggi pada umumnya adalah pemimpin yang paling berkuasa dan selanjutnya strata terendah merupakan kelompok masyarakat yang diperintah atau dikuasai bahkan terkadang disetarakan dengan harta milik yang dalam segala hal harus taat kepada pemimpinnya. Ketaatan kepada sang pemimpin merupakan keharusan sebab hal itu merupakan partisipasi dalam memelihara ketertiban yang telah ditentukan oleh seluruh sistem. Dalam hal ini seorang bangsawan/pemimpin ditempatkan sebagai wakil Tuhan di dalam dunia ini. Inilah sumber utama kewibawaan dan kekuasaan sang pemimpin. Selain pokok yang dikemukakan di atas, yang menjadi sumber kewibawaan pemimpin, masih ada sumber-sumber yang lain yang tidak kalah pengaruhnya bagi seorang pemimpin. AA GN Ari Dwipayana dalam bukunya yang berjudul, “Bangsawan dan Kuasa. Kembalinya Para Ningrat Di Dua Kota”, menjelaskan beberapa sumber kekuasaan bangsawan di Surakarta dan Denpasar5. Sumber-sumber kekuasaan tersebut adalah:
a. Kesatuan yang integral antara istana (keraton, pura, puri, tongkonan) dengan bangsawan.
Istana memberikan makna politis yang sangat besar bagi seorang bangsawan (baca: pemimpin). Tanpa istana seorang bangsawan tidak mempunyai arti politis sama sekali. Karena itu, jika terjadi perebutan kekuasaan di dalam suatu kerajaan yang menjadi prioritas penalukkan adalah istana. Seseorang dinyatakan berkuasa atau menang jika ia menguasai dan bertempat tinggal dalam istana. Oleh Clifford Geertz yang dikutip oleh Dwipayana mengatakan bahwa status social seorang bangsawan akan merosot jika ia tidak mempunyai atau tidak berkedudukan di istana. Namun sebaliknya sebuah istana tidak akan dilihat sebagai lembaga politik yang penting jika tidak disertai dengan bangsawan/ pemimpin yang trampil dalam memelihara kewibawaan istana.
b. Penguasaan secara hegemonik pada level wacana kebudayaan. Menurut Dwipayana bahwa hal ini terjadi sebab istana merupakan sumber tunggal produksi wacana pengetahuan, kepercayaan, acuan system stratifikasi sosial, simbol status, gaya hidup, dan kesenian masyarakat. Upacara yang dilakukan dalam istana selain bermakna religius, tetapi juga mempunyai makna status serta berfungsi sebagai sarana hiburan bagi rakyat pada umumnya. Karena itu, tidak heran jika upacara sekaten yang dilaksanakan di keraton Surakarta atau Keraton Yogyakarta selalu mendapat perhatian dari seluruh rakyat. Demikian pula dengan benda-benda pusaka selain merupakan karya seni yang menarik tetapi juga merupakan simbol status bahkan menjadi sumber kekuatan atau kesaktian.
c. Penguasaan basis ekonomi politik. Ekonomi politik yang dimaksudkan di sini berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Adam Smith yang pertama kali memperkenalkan istilah tersebut. Salah satu maksud Adam Smith memakai istilah ini adalah untuk membedakannya dengan Ekonomi Allah yang ada kaitannya dengan providentia Allah6. Kebijakan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari kebijakan politik suatu kekuasaan7. Ekonomi dan kekuasan hampir selalu berjalan berbarengan. Dalam sistem kepemimpinan tradisional bangsawan menjadi penguasa atas pengelolaan seluruh prasarana ekonomi milik kerajaan. Prasarana ekonomi yang paling dominan adalah tanah. Pada dasarnya tanah itu bukanlah milik pribadi tetapi merupakan tanah adat. Masing-masing tanah itu telah mempunyai peruntukannya sendiri-sendiri. Ada yang diperuntukkan sebagai tanah pertanian, ada untuk tanah peternakan, ada tanah yang diperuntukkan sebagai tempat pemukiman dan ada yang hanya untuk tempat menyelenggarakan upacara atau pesta. Semua dimaksudkan untuk membiayai seluruh kehidupan masyarakat di dalam wilayah kekuasaan tersebut dan terutama demi kepentingan istana. Walaupun pada hakekatnya tanah bukan milik pribadi, tetapi karena kekuasaan menyatu dengan istana dan seluruh miliknya, maka prakteknya tanah adalah milik penguasa. Hal ini yang kemudian banyak menjadi masalah pada saat berhadapan dengan ekonomi dan kepemimpinan modern. Runtuhnya kekuasaan tradisional menyebabkan terjadinya perebutan tanah milik kerajaan atau tanah adat.
d. Penguasaan atas birokrasi dan pengadilan. Kekuasaan bangsawan tidak hanya terbatas pada tingkat kekuasaan tertinggi dalam istana tetapi ia juga menguasai birokrasi di

Gelar yang disandang oleh pemimpin tradisional memperlihatkan ciri dan model kepemimpinan yang diembannya. Gelar-gelar tersebut ada yang mencerminkan keilahian, pengayoman, perlindungan, pemeliharaan tetapi ada juga yang mencerminkan penguasaan. Gelar puang yang dipakai oleh umumnya bangsawan Toraja merupakan gelar yang berbau keilahian sebab nama ini dipakai untuk menyebut dewa. Namun ada gelar lain yang dipakai secara khusus untuk seorang pemimpin dalam suatu lembaga (tingkatan pemerintahan dalam suatu wilayah kekuasaan), yakni To Parengnge’. Kata To Parengnge’ merupakan bentukan dari kata To yang artinya orang dan rengnge’ yaitu alat atau anyaman yang terbuat dari rotan yang diikatkan pada bakul. Alat ini kemudian dipakai untuk menggendong bakul yang disangkutkan di dahi8. Dengan demikian parengnge’ berarti orang yang menanggung orang lain. Yang ditanggung dalam pengertian ini mencakup seluruh aspek. Keamanan dan kesejahteraan merupakan tanggung jawab seorang parengnge’. Karena itu seorang parengnge’ adalah orang yang kuat, berani, kaya, rela berkorban dan bijaksana. Aspek moral adalah salah satu aspek yang cukup penting dalam kepemimpinan tradisonal. Amiruddin Selle menjelaskan dengan sangat baik tentang pentingnya aspek moral dalam kepemimpinan
tradisional dalam kepempimpinan Karaeng Galesong di Kerajaan Galesong. “Dalam tatanan kepemimpinan elit local Karaeng Galesong, nampaknya tidak jauh berbeda dengan sistem kepemimpinan tradisional di beberapa kerajaan, seperti Kerajaan Gowa dan Tallo. Bahwa landasan utama dalam sistem kepemimpinannya senantiasa berpijak pada adat yang termaktub dalam lontara. Berdasarkan ajaran lontara itu, moral kepemimpinan bagi seorang raja atau karaeng sangat mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, faktor moral merupakan faktor yang sangat menentukan berjaya dan tidak berjayanya seorang pemimpin, raja atau karaeng/penguasa di masyarakat. Moral merupakan landasan dan kriteria utama dari rakyat yang dipimpinnya. Apabila moral seorang pemimpin atau raja telah dinilai terpuji oleh rakyatnya, maka tidak diragukan lagi bahwa adat akan mendukungnya, pemimpin atau karaeng yang bersangkutan senantiasa mendapat simpati dari rakyatnya. Kesediaan berkorban dari anggota masyarakat, termasuk kerelaan mengorbankan harta bendanya dan bahkan jiwanya yang paling berharga, akan terus mendukung bila moral seorang pemimpin atau penguasa memperlihatkan pula kesediaan untuk berkorban guna kepentingan rakyatnya. Artinya sosok seorang karaeng senantiasa menjadi pelindung rakyatnya, tidak
memperkosa hak rakyatnya, dan menyayangi rakyatnya seperti sang raja/karaeng menyayangi diri dan keluarganya. Sebaliknya, bila moral sang raja/karaeng, tidak terpuji seperti hanya mementingkan diri dan keluarganya saja, berlaku tidak adil dalam memutuskan perkara di masyarakat, egoistis, serakah (korup), menindas rakyat dan dikuasai oleh nafsu angkara murka. Maka tak ayal lagi sang raja yang bersangkutan akan dibenci oleh
rakyatnya”9. Dengan demikian, jelas bahwa seorang pemimpin ia tidak boleh bertindak dengan sewenang-sewenang tetapi bertindak sebijakasana mungkin.
Kepemimpinannya diarahkan demi kepentingan seluruh rakyat tanpa terkecuali dan bukan untuk diri dan keluarganya sendiri. Kepemimpinan yang demikian adalah kepemimpinan dalam rangka mengayomi, menuntun dan mensejahterakan seluruh rakyatnya. Kalau ada rakyat kesulitan dalam kehidupannya, maka sang pemimpin yang akan menolongnya. Di sinilah salah satu (mungkin satusatunya) aspek positif dari strata sosial di mana bangsawan/pemimpin seperti “Puang” di Toraja turut menangung biaya hidup hambanya. Hal inilah yang membuat banyak hamba atau bawahan merasa tergantung kepada tuannya, namun harus diakui pula bahwa ketergantungan seperti ini merupakan satu cara untuk mempertahankan kekuasaan terhadap para budak atau rakyat. Meskipun kekuasaan dalam kepemimpinan tradisional sangat otoriter tetapi kepercayaan terhadap tuan dapat menjadi luntur. Pemimpin yang tidak mengindahkan tata krama dan norma-norma moral yang telah diatur dalam adat akan menyebabkan
berkurangnya dukungan dan rasa simpati dari rakyatnya.

Walaupun harus diakui bahwa pewarisan kepemimpin dalam masyarakat tradisional sepenuhnya didasarkan pada stratifikasi sosial, tetapi tidak berarti bahwa semua keturunan bangsawan secara otomatis akan menjadi pemimpin. Seorang yang “diangkat” menjadi pemimpin adalah kader yang telah mengetahui segala seluk-beluk aturan dan tata cara menjadi pemimpin. Pengetahuan yang demikian tidak datang dengan sendirinya tetapi merupakan hasil belajar dalam waktu yang cukup lama10. Proses belajar tentang masalah kemasyarakatan (kepemimpinan) di Toraja khususnya di Toraja Mamasa, lebih banyak nampak pada saat upacara adat seperti Rambu Solo’ (kedukaan) dan rambu tuka’ (sukacita). Anak-anak biasanya dilibatkan dalam menyediakan daun-daunan untuk alas tempat memotong daging atau disuruh membakar hewan yang dikorbankan. Setelah meningkat dewasa sudah diberi kepercayaan untuk memotong dan membagi daging kepada orang yang hadir dalam upacara tersebut. Membagi daging sangat penting sebab dari sinilah seorang pemuda belajar mengenal dan membedakan orang menurut strata sosialnya. Seorang pemuda yang trampil dalam membagi daging sesuai dengan strata social seseorang pertanda ia punya bakat untuk memimpin masyarakat di masa yang akan datang. Proses pendidikan bagi mereka yang potensial terus dilanjutkan. Proses pendidikan atau pelatihan kepemimpinan yang sesungguhnya baru dimulai disini, yakni dengan melibatkan/mengikutkan dalam penyelesaian-penyelesaian perkara yang terjadi dalam masyarakat dan dalam upacara-upacara adat. Selain proses belajar berupa keterampilan praktis seperti di atas, orang tua juga mengajar anak-anak dengan pengajaran yang merangsang imajinasi anak melalui cerita-cerita (dongeng). Dongengdongeng itu biasanya diceritakan pada saat santai menjelang tidur di malam hari atau waktu dalam perjalanan ke kebun. Walaupun makna dongeng itu tidak pernah dijelaskan tetapi setelah dianalisa ternyata nilai kemanusiaannya sangat dalam. Proses pendidikan ini berlangsung terus-menerus. Khususnya dalam bidang kepemimpinan, penggantian pimpinan dilakukan pada saat sang pemimpin tidak mampu menjalankan tugasnya. Ada banyak macam atau variasi dalam penggantian pemimpin11. Ada kepemimpinan yang harus diwariskan kepada keturunan pemangku adapt (pemimpin) tersebut tetapi ada juga yang diangkat dari anggota suku yang bukan keturunan langsung dari pemimpin sebelumnya. Menjelang penyerahan tongkat estapet kepemimpinan, maka sang calon pemimpin akan mendapat semacam pelajaran terakhir dari yang akan digantikannya. Peristiwa itu disebut “disikkudui sadangna” yang arti hurufiahnya diludahi mulutnya. Artinya pemberian kata-kata nasihat yang merupakan kode etik dan rahasia dalam memimpin. Nasihat-nasihat yang berisi kode etik dan rahasia kepemimpinan itu hanya diberikan kepada yang akan dipilih dan tidak bias disampaikan sembarangan kepada orang lain. Peristiwa pemberian nasihat yang hanya terjadi antara sang pemimpin dan pewarisnya itu disampaikan menjelang penyerahan tongkat estapet kepemimpinan Upacara penyerahan tersebut ada bermacam-macam. Ada yang hanya dilakukan dengan penyerahan alat-alat atau simbol-simbol kepemimpinan yang dipakai dalam memimpin, tetapi ada juga yang harus dilakukan melalui semacam upacara perberkatan yang dalam bahasa daerah Toraja Mamasa disebut ditada’.

sistem otonomi daerah ini. Keraguan padaumumnya berada disekitar kemungkinan bangkitnyaraja-raja baru (baca: feodalisme modern) di daerahyang memakai gelar-gelar modern tetapiperilakunya sama dengan raja dalam masyarakattradisional. Gejala seperti pencarian/pemberiangelar bangsawan tradisional kepada pemimpinmodern dapat menjadi salah satu indikasi. Dalampemberian gelar kebangsawanan, kedua belah pihak diuntungkan. Pihak penerima gelar diuntungkan sebab dengan adanya legitimasi dan pengakuan keraton diharapkan dapat menjadi pintu meraih dukungan dari rakyat yang masih sangat kuat dengan simbol-simbol tradisional. Sementara itu, pihak pemberi gelar diuntungkan oleh adanya relasi dengan pemimpin dalam elit modern. Keuntungan tersebut bisa dalam wujud perlindungan tetapi juga bisa berupa finasial. Berbeda dengan pihak yang masih bernada skeptis, Aminuddin Selle justru melihat sisi-sisi positif dari kepemimpinan tradisional. Baginya kepemimpinan tradisional justru harus mendapat perhatian dalam mengoptimalkan otonomi daerah. “Kajian mengenai nilai-nilai budaya kepemimpinan elit lokal sebagai salah atu dimensi sosial budaya masyarakat dapat membantu rencana pambangunan yang diwarnai stressing program dan prioritasprioritas untuk menjawab situasi konkret masyarakat. Sebaliknya jika pembangunan yang dilakukan secara drastis dengan mengabaikan kearifan tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat lokal akan menjadi problem bila menurut Peter L.Berger; menuntut korban manusia karena kurang mempertimbangkan dimensi sosial budaya yang menjadi bingkai laku hidup masyarakat”12. Terlepas dari pro kontra tentang otonomi daerah, yang jelas ialah bahwa peluang kebangkitan system kepemimpinan tradisional di berbagai daerah sangat besar. Simbol-simbol kekuasaan lama seperti gelar bangsawan, pakaian kebangsawanan, rumah dan lain-lain semakin hidup kembali dalam masyarakat termasuk dalam pemilihan pemimpin dalam pemerintahan tingkat lokal. Walaupun era ini adalah era reformasi tetapi masih ada saja sisa-sisa pikiran yang menolak jika yang memimpin suatu daerah tidak berasal dari keturunan “darah biru”. Memang harus diakui pula bahwa tidak semua yang ada dalam sistem kepemimpinan tradisional tidak baik. Pasti ada sisi positif atau sisi yang baik, tetapi ada pula yang sama sekali tidak relevan dengan situasi yang sangat menekankan nilai-nilai demokratisasi. Sikap kritis harus terus dihidupkan baik terhadap kepemimpinan modern dan terlebih terhadap kepemimpinan tradisional.


Sikap kritis terhadap kepemimpinan tidak hanya perlu dihidupkan dalam kepemimpinan masyarakat secara umum tetapi dalam gerejapun sikap demikian mestinya dipupuk terus. Gereja yang lagi demam “membumi” di negerinya melalui apa yang disebut kontekstualisasi tidak “suci hama” dari godaan gaya kepemimpinan lama. Godaan ini umumnya tidak nampak secara terang-terangan tetapi mengambil wujud yang lain bagaikan “rusa berbulu domba”. Kasus penolakan penatua yang berasal dari kalangan strata rendah untuk memimpin ibadah di rumah keturunan bangsawan masih kerap didengar di berbagai daerah. Penolakan tidak hanya datang dari keturunan bangsawan tetapi terkadang penolakan dari sang penatua sendiri. Bahkan lebih heboh lagi sebab pernah terjadi seorang parengnge’ memindahkan hari minggu gara-gara penentuan waktu upacara adat telah disepakati bertepatan dengan hari minggu. Dengan demikian jelas bahwa baik dalam masyarakat secara umum maupun dalam gereja secara khusus realitas membuktikan bahwa pengaruh kepemimpinan lama (tradisional) masih tetap mempunyai pengaruh. Ia tidak hanya bias dikenang akan eksistensinya pada masa lampau tetapi masih mempunyai pengaruh bahkan masih menjadi impian sebagian orang. Dalam rangka otonomi daerah dan kontekstualisasi kehidupan bergereja pengkajian secara sungguh-sungguh dan mendalam sangat dibutuhkan pada tiap-tiap daerah. Hanya dengan cara seperti itulah kita akan terhindar dari penyesalan anak cucu akibat kekeliruan yang dibuat pada masa kini. “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” (Pengkhotbah 1:9)

BAB III
PENUTUP


1) KESIMPULAN

Seorang pemimpin harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang timbul sebagai konsekwensi daripada keputusan yang diambilnya Tentunya dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Hanya dengan jalan demikian pencapaian tujuan dapat terlaksana dengan efisien dan efektif. Pertama, kepemimpinan yang berhasil memelihara ketertiban di dalam masyarakat. Karena salah satu kecenderungan perkembangan masyarakat pada masa depan adalah kemajemukan yang semakin kentara yang tentunya berpeluang terjadinya gesekan sosial
Kedua, kepemimpinan yang mampu menjaga keamanan dari luar di samping tentunya juga memelihara wibawa dan martabat bangsa. Masyarakat luar begitu kagum melihat anggun dan berwibawanya bangsa Indonesia sementara yang dirasakan sekarang adalah kebalikannya begitu rendahnya posisi bangsa ini berhadapan dengan bangsa lain. Hal ini semakin terasa bagi mereka yang kebetulan sering bepergian ke luar Indonesia.
Ketiga, pranata politik yang dikembangkan berhasil mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Di tengah peningkatan angka kemiskinan akibat dari berbagai terpaan badai ekonomi sehingga menyurutkan tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat.

2) SARAN
Marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang perbedaannya adalah kemampuan untuk mengubah yang biasa, menjadi yang luar biasa. Perhatikanlah, sebuah organisasi, tidak mungkin bisa bergerak mendekati bentuk kreatifitas apapun, bila sang pemimpin menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh utama dalam penolakan cara-cara yang lebih baik. Dari mana memulainya?
• Seperti dalam hal apapun,
• Mulailah dari diri kita sendiri.
• Anda adalah seorang khalifah